Jika waktu bisa diputar kembali. Apa yang akan kamu lakukan? Apakah kamu akan tetap bersamaku hingga saat ini? Apakah kamu akan mencintaiku setiap detik? Apakah cinta itu akan tetap sama? Kamu tidak pernah berhenti mencintaiku.
Sepanjang malam, Alex menghabiskan waktu bersama Darcy. Mereka hanya terdiam, hanya sepatah atau dua kata yang keluar dari mulut mereka. Darcy mengetahui Alex melakukan semua ini, karena Alex tidak ingin memiliki masalah dengan orang tuanya. Ini adalah kencan palsu. Darcy tidak keberatan dengan hal itu, walau dia berharap ini adalah kencan sungguhan. Mungkin suatu hari nanti atau mungkin tidak akan terjadi.
Alex mengajak Darcy pergi makan malam, pergi ke bar dan menemani Darcy berbelanja. Tidak banyak yang mereka lakukan, Alex hanya ingin kencan ini cepat berakhir. Dia tidak ingin menyakiti hati Darcy lebih dalam. Alex mengetahui Darcy tidak akan menolak permintaan Emily. Alex tidak akan pernah mengerti, mengapa Darcy selalu bersikap baik kepada Emily. Darcy bisa menolak hal itu, tetapi dia tidak melakukan itu.
Dalam perjalan menuju rumah Darcy, Alex salah memilih jalan dan mereka terjebak di kemacetan. Alex tidak tahu kapan kemacetan ini berakhir, rasanya dia ingin meledak. “Kenapa aku memilih jalan ini? Aku lupa kalau hari ini adalah Minggu. Bodoh sekali!” ucap Alex dengan kesal.
“Tidak apa. Hari libur memang selalu ramai,” balas Darcy yang berusaha menenangkan Alex.
“Harusnya aku tidak menuruti permintaan Emily. Kencan ini adalah hal yang bodoh,” ucap Alex yang masih kesal.
Mendengar itu Darcy hanya bisa terdiam. Bagi Darcy, kencan ini tidak bodoh sama sekali. Dia merasa senang bisa menghabiskan waktu bersama Alex, walau hal itu karena paksaan Emily. Mendengar Alex mengatakan kencan ini bodoh, membuat Darcy berpikir bahwa Alex tidak menyukai keberadaannya. Darcy tidak pernah memikirkan perkataan yang keluar dari mulut orang lain, tetapi Alex bukanlah orang lain. Alex adalah seseorang yang dia cintai, dulu.
“Maaf, aku terkesan seperti orang tua yang hanya bisa mengeluh dan marah-marah,” ucap Alex yang berusaha mencairkan suasana. Dia menyadari bahwa Darcy merasa tidak nyaman dengan ucapannya.
“Kamu memang orang tua,” canda Darcy sambil tertawa kecil. Mungkin dia bisa mencairkan suasana.
“Aku memang orang tua, tapi aku bukan orang yang sudah tua,” balas Alex dengan tegas. “Mengerti?”
Darcy tertawa lebih besar. “Aku rasa kamu adalah orang yang sudah tua,” goda Darcy.
“Umur kita sama, Dar. Ingat itu,” ucap Alex dengan tegas.
“Tapi kamu sudah memiliki anak dan aku belum,” balas Darcy yang masih cekikikan.
“Tunggu! Itu tidak adil. Sebagai pembelaan, aku adalah orang tua muda. Aku terlalu cepat memiliki anak.”
“Ya, karena kamu adalah remaja yang bodoh,” sindir Darcy yang membuat Alex malu.
“sudahlah, jangan bicarakan itu.”
Darcy pun berhenti, dia tidak ingin membuat Alex semakin kesal dalam keadaan macet parah seperti ini. Namun, Darcy masih tertawa kecil melihat ekspresi Alex yang merasa malu. Dia bisa melihat pipi Alex yang memerah. Alex menyadari bahwa Darcy masih tertawa kecil, tetapi dia tidak ingin mengatakan apa-apa. Dia ingin menikmati tawa Darcy sebanyak mungkin. Alex hanya bisa tersenyum tipis mengetahui Darcy tertawa dan tersenyum.
Saat keadaan hening, ponsel Alex berdering. Alex dengan cepat langsung mengeluarkan ponselnya dari saku celananya. Nomor ibunya Alex terpampang jelas, Alex mengetahui bahwa itu adalah Emily yang menghubunginya. Alex sempat ragu untuk mengangkat panggilan itu, karena dia mengetahui Emily akan mengoceh tentang kencan Alex dan Darcy. Namun, Alex mengetahui Darcy pasti ingin mendengar ocehan Emily. Bagi Alex, lebih baik Darcy berbicara kepada Emily daripada dengannya.
Alex pun mengangkat panggilan itu. “Hei, Tuan Putri,” sapa Alex. Alex menaruh ponselnya di dashboard dan menyalakan speaker ponselnya agar Darcy bisa mendengar suara Emily.
“Ayah! Darcy! Bagaimana kencannya?!” ucap Emily dengan penuh antusias.
“Menyenangkan, Emily. Aku dan ayahmu berjalan-jalan di sekitar kota, lalu kami memakan es krim sebelum pulang,” balas Darcy sambil tertawa kecil.
“Ih, masa kalian makan es krim tidak mengajak aku! Tidak adil,” protes Emily yang membuat Alex tertawa. “Nanti pokoknya aku ikut ke kencan berikutnya!”
“Emily, ingat, perjanjiannya hanya satu kali kencan,” ucap Alex.
Darcy hanya bisa terdiam mendengar itu. Mengapa Alex begitu enggan menghabiskan waktu bersamanya? Hanya sebuah kencan, bukan hal yang lebih. Darcy tidak mengerti apa yang ada di pikiran Alex. Darcy tidak buta, dia bisa melihat jelas, bahwa Alex berusaha menutupi sesuatu dari dirinya. Seakan Alex menahan suaranya agar dia tidak mengatakan isi hatinya kepada Darcy. Hal itu membuat Darcy semakin penasaran, dia ingin mengetahui isi hati Alex. Dia ingin mengetahui, apakah Alex masih mencintainya.