Can't Stop

Siti Soleha
Chapter #2

Semua Perempuan itu Rumit

"Ada juga cowo-cowo yang nggak mau ngungkapin perasaannya dan nggak mau berjuang buat cewe yang disayanginnya itu yang malah menurut gue pengecut." -Evan

*****

Dunia Evan

Benar-benar pusing deh kalo berhadapan sama cewe. Begini salah, begitu salah. Jadinya serba salah! Aku sekarang udah ada di kantin berkat diseret-seret sama Ucok dan Dimas, supaya nggak gangguin Winda lagi alasan mereka. Lagipula, siapa yang gangguin Winda sih? Aku nggak gangguin kok, cuma ngungkapin perasaan yang ada di hati. Kan beda jauh banget!

"Nih, makan baksonya, Van. Biar kau kenyang! Kau menyebalkan kali kalau lagi laper." Ucok membawa dua mangkok bakso. Satu untuknya, satu untukku.

Gila... itu tangannya anti panas kali ya, kok nggak melepuh bawa dua mangkok bakso dengan cara dipegang erat-erat gitu.

"Dan ini es cappuchino, Van. Sengaja gue beliin buat lo, biar otak lo dingin." Dimas yang juga datang membawa dua es cappuchino.

"Jadi ceritanya gue ditraktir nih sekarang? Thanks loh, tumben banget kalian baik. Ada maunya ya?" Aku bukannya bersyukur malah curiga pada mereka.

"Ada maunya apa maksud, kau? Kita ini tulus traktir kau nya. Lagian kalaupun kita ada maunya juga, satu-satunya yang kita mau kau jangan ganggu-ganggu si jutek Winda itu lagi lah. Kau nggak takut harga diri kau turun kalau di tolak terus?"

"Tau lo, Van! Lagian ya gue akuin emang si Winda orangnya cantik, pinter, nggak cabe-cabean kayak cewe lain yang suka ngejar-ngejar lo tuh. Tapi bukan berarti lo rela harga diri lo di rendahkan terus, kalo lo terus-terusan ngejar Winda."Dimas kesel banget tampangnya.

"Nah, that's the point! Winda beda kan sama cewe lain yang sering ngejar-ngejar gue? Lagian gue nggak merasa harga diri gue jatuh kok kalo gue ngungkapin perasaan gue ke Winda terang-terangan. Ada juga cowo-cowo yang nggak mau ngungkapin perasaannya dan nggak mau berjuang buat cewe yang disayanginnya itu yang malah menurut gue pengecut. Cupuhhh."

"Terserah lo! Dikasih tau malah balik khotbah lagi lo. Bukan hari jum'at juga sekarang." Dimas jelas-jelas tersindir dengan kata-kataku barusan.

Dimas Prasetyo. Sahabatku dari SD. Tau banget seluk-beluknya aku, begitupun sebaliknya. Aku juga tau kalau dia lagi incer Nadya, cewe satu angkatan yang cantiknya kebangetan tapi nggak ada peka-pekanya sama sekali kalau Dimas suka sama dia. Ya gimana Nadya mau peka, Dimasnya aja cupuh banget nggak mau ngungkapin perasaannya. Entar kalau Nadya diambil cowo lain aja, nangis-nangis deh curhat sambil guling-guling.

"Alhamdulillah kenyang. Beda ya emang atmosfirnya antara beli sendiri sama gratisan. Jauh lebih nikmat gratisan." Aku sudah menghabiskan bakso dan es dengan secepat kilat.

"Alamakk, kapan kau makannya, Van? Kok sudah habis aja? punyaku aja baru luang kuahnya." Ucok menatapku tidak percaya.

Lihat selengkapnya