"Aku mengejarnya, karena dia berbeda. Dan pantas untuk dikejar." -Evan
"Tolong jangan dekati aku, kamu tidak benar-benar tahu siapa aku." -Winda
*******
Dunia Evan
Aku melangkah dengan senang saat memasuki rumahku. Hari ini aku bisa bersama Winda, orang yang sangat kusukai. Meskipun hatiku tetap diliputi rasa penasaran. Apa yang sebenarnya terjadi padanya hari ini.
"Assalamu'alaikum," kataku seraya memasuki ruang tamu. Aku tahu, tidak akan ada satu pun keluargaku yang menjawabnya. Tapi karena sudah kebiasaan, aku tetap melakukannya.
"Wa'alaikumsalam, Den, udah pulang, Den Evan. Mau langsung Bi Siti bikinin makan siang?" Tanya Bi Siti padaku.
"Enggak usah, Bi. Tadi, Evan, udah makan di luar," Kataku seraya berjalan menuju ke kamarku.
"Den, tadi pagi Ibu telepon. Katanya gimana kabar Den Evan, Bibi jawab baik, Den," Kata Bi Siti polos.
Aku tersenyum hambar, mamaku selalu menelponku di saat aku tidak ada di rumah. Bahkan mungkin tidak pernah terbersit di pikirannya, untuk menghubungi langsung ke HPku sama sekali.
Aku sama sekali tidak menyalahkannya. Perbedaan waktu yang cukup signifikan antara di Indonesia dengan di Jerman pasti menjadi kendala utama. Apalagi mamaku harus stand by mengurus adikku yang sedang sakit. Ia pasti benar-benar kerepotan.
Semenjak adikku dinyatakan memiliki penyakit langka oleh dokter, mama dan papahku langsung mengambil inisiatif untuk mengobati adikku di luar negeri. Dan karena penyakitnya yang sulit disembuhkan, akhirnya mereka memutuskan untuk stay di sana dalam jangka waktu yang tidak ditentukan.
Aku sama sekali tidak keberatan tinggal di sini sendirian. Aku juga tahu, pasti adikku sendiri sudah sangat tersiksa dengan sakit yang dideritanya. Aku pun juga tidak merasa dikorbankan sama sekali, meski tidak bisa kupungkiri, aku benar-benar merasa kesepian dan sendirian.
Aku menghempaskan tubuhku ke kasur. Oh iya, aku teringat perkataan Winda, yang menanyakan motor Risa.Aku harus menghubungi Ucok dan Dimas sekarang juga. Memastikan bahwa motor Risa sudah baik-baik saja, agar Winda tidak kena omel oleh Risa. Aku langsung mengambil HPku dan masuk ke dalam grup chat.
Pejantan Tangguh
Evan Rakadinata : Ping!
Sing!
Oing!
Ling!
Jonathan Ucok S : Apa sih kau,Van, nggak penting!
Dimas Prasetyo: Spam! Blok aja! Atau nggak kick langsung dari grup, Cok!
Evan Rakadinata mengubah subyek dari "Pejantan Tangguh" menjadi "Fans berat Evan"
Jonathan Ucok S: Apa maksud kau? Aku amit-amit jadi fans kau.
Jonathan Ucok S mengubah subyek dari "Fans berat Evan" menjadi "Evan gila Winda"
Dimas Prasetyo: Wkwkwk kocak si Ucok!
Evan Rakadinata mengubah subyek dari "Evan gila Winda" menjadi "Ucok tuyul item"
Jonathan Ucok S : Ribut sini kau,Van, sama aku!
Dimas Prasetyo mengubah subyek dari "Ucok tuyul item" menjadi "Cowo idaman wanita"
Evan Rakadinata: Prett!! Boro-boro banget idaman. Nembak Nadya aja lo cupu, Dim!
Jonathan Ucok S : Sudah-sudah! Ada apa sih, Van? Aku mau bobo ganteng, nih.
Evan Rakadinata: Baru jam tujuh Unyil! Cowok barbie banget sih, lo, jam tujuh udah tidur.
Dimas Prasetyo: Wkwkwk udah ah capek gue. Mau apa sih lo, Van? Ganggu ketentraman gue sama Ucok mulu.
Evan Rakadinata: Ada juga lo berdua tuh yang sejak masuk kehidupan gue, gue jadi nggak tentram.
Jonathan Ucok S : Nggak baca, lagi bobo ganteng.