"Ada rahasia yang kusimpan, ada kenyataan yang tidak kamu ketahui." -Winda
"Bagaimana bisa kamu menyuruh aku berhenti, sementara kamu tahu pasti, mengakhiri tidak akan pernah semudah memulainya." -Evan
*********
Dunia Winda
Aku benar-benar menatap dengan kesal kakak-kakak kelas di depanku yang sibuk menyindirku. Aku tahu, aku salah waktu aku memaki-maki Evan, tapi toh bukan urusan mereka juga. Lagipula, aku hanya meminta Evan berhenti, agar dia tidak sakit hati sendiri ke depannya. Aku memikirkannya, meski dia tidak tau.
"Heh, kok lo kurang ajar sih sama kakak kelas," Kata Rani, orang yang baru saja kutunjuk-tunjuk wajahnya.
Aku hanya bisa tersenyum sinis.
"Lo duluan yang kurang ajar sama gue," Kataku tidak peduli.
"Oh, jadi lo merasa tersindir? Jadi lo merasa bersalah?" Rani tersenyum meremehkan.
"Nggak juga sih, cuma hari ini mood gue lagi nggak bagus. Mending lo pergi deh, daripada gue makan."
"Ya ampun, yuk, Rani, kita pergi aja. Nih, orang minusnya banyak banget! Udah nggak ada cantik-cantiknya, nggak pinter, suka jual mahal, eh ternyata, suka makan orang juga. Serem ihhh ...," kata siapa ya? Aku lupa namanya. Yang jelas dia salah satu anggota dari Rani and the genk.
"Nah, itu lo tau! Pergi buruan sebelum gue makan!" Kataku seraya menggertakkan kakiku di lantai.
"Denger ya, Winda, jangan pikir lo bakalan bebas begitu aja! Gue bakal bikin perhitungan sama lo. Camkan itu!" Kata Rani seraya mendorong tubuhku.
"Ya ... ya ... itung aja semuanya!" Aku tidak berminat lagi menjawab omongannya dan langsung pergi ke kelasku.
.......................
"Ya ampun, Winda, lo abis dilabrak kakak kelas kok muka lo santai-santai aja kayak lagi di pantai?" Tanya Risa setelah aku sampai di kelas.
Aku tidak menjawab kata-katanya. Moodku memang benar-benar buruk setiap kali aku habis bertemu dengan "orang itu". Aku langsung duduk di mejaku seraya mengambil susu coklat yang berada di tasku.
"Lo nggak papa, Win?" Tanya Kare terlihat mengkhawatirkanku.
"Emang gue kenapa?"
"Muka lo keliatan sembab banget kayak abis nangis semalaman?" Tanyanya penuh curiga.
"Hahaha ... tau darimana lo muka sembab kayak habis nangis semalaman? Emang pernah?" Tanyaku balik. Kare adalah perempuan kuat, yang mengikuti ESKUL pecinta alam. Dan aku tidak pernah melihatnya menangis sekali pun.
"Taulah, gue! Risa kan sering banget mukanya kayak lo gitu kalau habis putus. Makanya gue udah hafal banget."
"Yee ... sorry ya! Nggak pernah tuh gue sampai kucel gitu mukanya. Ini sih, si Winda abis ngebersihin empang kali ya? Bisa sampai kucel begitu," Kata Risa sok polos.
"Udahlah, mood gue beneran lagi buruk sekarang. Oh, iya, motor lo gimana Ris?" Tanyaku yang masih tetap tidak enak padanya.
"Aman kok aman, tambah bagus malah, sekarang gambarnya hello kitty," Kata Risa senang.
"Lo nggak lagi morotin Evan kan?" Kataku sinis.