"Evan, laki-laki sebaik kamu, seharusnya perhatian saja dengan perempuan yang bisa memperhatikan kamu juga." -Winda
******
Dunia Winda
Sudah dua hari ini aku tidak masuk sekolah. Aku bersikeras berkali-kali ingin masuk saja, tapi mama tetap melarangnya. Sekarang aku cuma bisa tiduran di atas ranjang, di bawah selimut tebal seperti kimbab. Ah... tidak ada yang lebih membosankan daripada berdiam diri seperti ini.
HPku terus saja berdering tidak pernah berhenti. Entah sudah yang ke berapa kalinya Evan menghubungiku tapi tidak kuangkat juga. Dia tidak hanya menelponku, tapi juga menghubungiku melalui sms maupun chat. Chatku terdapat ratusan notif yang di dominasi oleh Evan. Mau apa sih dia?
Evan g jls: Ping!
Sing!
Ling!
La Winda: Apa?
Evan g jls: Lo udah sembuh Win?
La Winda: udh.
Evan g jls: Gue boleh jenguk lo nggak?
La Winda: g
Evan g jls: Gue cuma mau liat keadaan lo doang. Janji nggak lama-lama deh. Boleh ya?
La Winda: g
Evan g jls: Bodo! Gue udah di depan rumah lo kok. Hahaha ....
Aku hanya bisa menarik nafas dengan kasar. Kulihat jam di dinding, menunjukkan pukul setengah tiga kurang sepuluh menit. Padahal sekolah baru berakhir pukul dua siang. Kenapa jam segini dia sudah stand by aja di rumahku?
HPku berbunyi lagi. Pasti dari Evan lagi. Akkhhh... ingin berteriak aku rasanya.
"Apa lagi sih?" Aku benar-benar berang padanya.
"Bukain dong pintunya please!"
"Nggak!"
"Jangan gitu dong, gue udah bawain banyak makanan nih, buat lo! Rugi kalo lo nggak bukain pintu buat gue."
"Bodo!" Aku mematikan HPku dan menarik selimutku kembali. Tapi tiba-tiba HPku berdering lagi. Evan bener-bener nggak kenal kata 'enggak' ya?
"Apalagi sih lo? Gue tetep nggak bakalan bukain pintunya! Terus lo mau apa?"
"Woi ...woi ... sadis amat kita jenguk nggak dibukain pintu, Win!"
Mataku terbelalak. Kare... itu suara Kare! Aku langsung melihat layar HPku, dan memang tertera nama Kare.
"Eh, lo, Re ... gue kira tadi ..."
"Lo kira tadi gue siapa, hah? Lagi sakit masih aja marah-marah!"
"Gue kira lo tadi Evan. Dia bilang bakalan ke rumah gue. Ada Evan nggak di gerbang?" Tanyaku memastikan kalau Evan sudah benar-benar pulang.
"Nggak ada! Yang ada cuma gue sama Risa. Udah cepetan lo bukain pintunya!" Kare tampaknya mulai sedikit kesal padaku.
"Lo nggak boong kan?"
"Lo apa sih meragukan gue banget! Udah buruan bukain pintunya. Lo nggak kasian sama Risa nih, dari tadi kepanasan?"
"Oh iya lo sama Risa juga ya. Tumben tuh anak nggak ngamuk-ngamuk sama gue?" Kataku berjalan keluar untuk membukakan pintu.