"Winda, kamu bisa menghadapi hari-hari yang jauh lebih buruk daripada hari ini, dan kamu bisa melewatinya. Percayalah bahwa kamu akan dapat melewati hari-hari berat lainnya." -Evan
*******
Dunia Evan
Aku pulang dari rumah Winda dengan perasaan senang karena seharian ini Winda bukannya marah-marah padaku malah menuruti semua kata-kataku. Tapi tidak dengan Dimas, permainan truth or dare di rumah Winda tadi membuatnya sedikit kesal.
Awalnya Dimas hanya iseng-iseng menanyai Risa apakah ia menyukainya atau tidak. Meskipun Risa sempat tidak mau menjawabnya dan malah membuat Dimas semakin penasaran dan terus mendesaknya, akhirnya Risa menjawab lantang bahwa ia tidak menyukai Dimas karena Dimas sama sekali bukan tipenya Risa. Aku dan Ucok seketika tertawa terpingkal-pingkal mendengar jawaban Risa. Hingga akhirnya membuat Dimas kesal dan langsung mengajak kami pulang tanpa sempat memakan makanan yang telah disediakan oleh Winda dan Kare.
Disinilah kami bertiga akhirnya, di rumahku. Mereka berdua menuntut makan dariku. Padahal Dimas sendiri yang menolak makanan yang sudah disediakan Winda. Dasar Dimas childish!!
"Awas lo berdua sampe ngeberantakin rumah gue! Kasihan Bi Siti, capek beresinnya!" Teriakku melihat mereka yang langsung berlari menuju dapur.
"Aku laper lah, Van! Kau ini gimana sih, nggak ada baik-baiknya jadi manusia. Aku ini sudah lapar, bau pula gara-gara kau tau!" Ucok membuka isi kulkas dan dengan gesit langsung mengambil beberapa makanan dari sana.
Sementara Dimas mencari mie instant dengan mengaduk-ngaduk buffet dapurku yang biasanya memang menyimpan persediaan mie instant. Aku heran, di sini aku yang punya rumah tapi sepertinya mereka yang lebih hapal seluruh isi di dalam rumahku.
"Ngapain sih lo pakai ngeluarin anggur, keju sama susu segala!" Aku menghampiri Ucok, mengambil semua makanan yang berada di tangannya dan cepat-cepat memasukkannya kembali ke dalam kulkasku.
"Kubilang aku lapar! Tidak mengerti juga kau, ya!" Ucok tidak terima melihatku memasukkan semua makanan yang dia ambil ke dalam kulkas.
"Tapi jangan ngambil anggur, keju sama susu juga kali, Tem. Makanan orang bule tuh, ntar diare lo abis makan itu," Kataku cuek.
"Huahaha ... udah, Cok, kita makan mie instant aja biar kenyang. Apalagi pake telor sama nasi biar tambah kenyang." Dimas menenangkan Ucok yang masih tidak terima atas perlakuanku.
"Terus itu di kulkas kau kenapa banyak sekali susu coklat dan susu putih? Bukannya kau hanya suka susu putih, dan tidak suka susu coklat? Sudah buatku saja yang coklat." Ucok berjongkok di depan kulkas untuk mengambil susu coklat namun langsung ku halangi.
"Nggak boleh ada yang ngambil susu coklat ini!" Kataku tegas.
"Lah ... memang itu punya siapa? Punya Bi Siti?"
"Winda selalu suka susu coklat. Dan gue udah persiapan, kalau sewaktu-waktu dia ke rumah gue, gue udah punya minuman kesukaannya."
Kulihat Ucok dan Dimas sempat ternganga-nganga mendengar penjelasanku.
"Mimpi! Mimpi kau, Winda mau datang ke rumah kau! Dan sebelum Winda datang ke sini, ini susu udah basi! Jadi mending buatku saja!" Ucok masih kekeh ingin mengambil susu coklat tersebut.
"Hahaha, udahlah, Cok, sabar aja kalau ngadepin dia mah! Gue juga nggak jadi nih ambil mie, males bikinnya. Ntar kita delivery makanan pake hpnya Evan aja, biar dia yang bayar semua tagihannya."
"Oh, ya, sudah aku setuju kalau gitu, Dim!" Dimas dan Ucok langsung meninggalkanku dan naik ke lantai dua menuju kamarku. Aku hanya bisa geleng-geleng saja melihatnya.
.................
Sampai di kamar aku lihat Ucok dan Dimas sudah menghidupkan TV dan PS ku. HPku juga disita oleh mereka untuk memesan makanan delivery. Aku yang lelah langsung membaringkan tubuhku di kasur.
"Heh, Cok, lo kenapa akur banget sama Dimas? Pake nyita HP gue segala! Lo lupa gara-gara siapa kita kelaperan? Padahal calon istri gue udah berbaik hati siapin kita makanan," Kataku mencoba memprovokasi Ucok.
"Oh, iya, benar juga ya! Ini semua salah kau, Dim!" Ucok mulai terprovokasi olehku. Aku hanya bisa tertawa melihat mereka berdua yang mulai main salah-salahan.
"Lagian lo berdua pake ketawain gue segala. Gue jadi bete!" Kata Dimas.
"Lah salah kau pakai nanya hal yang tidak penting dengan Risa!" Balas Ucok.
"Ya, kan, gue cuma iseng-iseng aja!" Ucap Dimas tanpa memalingkan wajahnya sedikit pun dari TV.
"Kalau cuma iseng, harusnya kau tidak perlu bete!"
Aku tertawa ngakak melihat mereka mulai ribut. Aku jamin, mereka pasti akan terus main salah-salahan sampai pulang nanti.
.................