Can't Stop

Siti Soleha
Chapter #14

Siapa yang Menyakitimu

"Ada gue, jangan pernah merasa takut lagi, Win." -Evan

*******

Dunia Evan

Aku benar-benar kalut semalaman. Winda yang harusnya ikut makan bersamaku malah menghilang. Aku benar-benar panik dibuatnya! Kemana dia? Aku tidak tahu dia kemana. Semalam, waktu aku mendapati dia tidak juga muncul dari toilet. Aku langsung mencarinya ke toilet. Disana dia tidak ada, aku langsung panik dan menyuruh Ucok dan Dimas untuk membantuku mencari Winda.

Sewaktu aku sedang mencari, tiba-tiba Winda mengirimiku chat yang mengatakan bahwa dia sudah pulang. Aku langsung menghubunginya, tapi HPnya sudah tidak aktif. Rasa khawatirku padanya berubah jadi kesal, karena dia tidak menjelaskan sama sekali kenapa dia tiba-tiba pulang. Aku benar-benar frustasi!

Aku memakirkan motorku di tempat parkir dan langsung berlari secepatnya ke kelas. Semoga Winda sudah datang, karena aku benar-benar membutuhkan penjelasannya. Dia tidak bisa seenaknya seperti itu kepadaku! Berbuat sesuka hatinya seolah-olah apa yang dia lakukan padaku tidak membuatku khawatir.

....................

Begitu sampai ke kelas, aku lihat Winda sudah datang dan sedang mengobrol dengan Risa dan Kare. Tampaknya mereka mengobrol serius sekali sehingga tidak menyadari keberadaanku.

"Evan! Sini, Van, nih, Ucok, bawa oleh-oleh dari Medan. Enak banget nih!" Seru Dimas yang melihatku datang.

"Yoi, Enak sangat ini! Mamakku emang the best deh," timpal Ucok.

Aku tidak menghiraukan mereka berdua. Tujuanku satu, Winda!

"Winda!" Seruku seraya menuju ke bangkunya. Reflek membuat Winda, Risa dan Kare menoleh ke arahku.

"Kenapa lo kemarin tiba-tiba pulang? Kenapa lo cuma chat gue singkat banget tanpa ngejelasin ke mana lo pergi? Kenapa lo selalu berbuat sesuka lo kayak gitu seolah-olah apa yang lo lakuin nggak sama sekali ngebuat gue khawatir? Hah??" Kataku sedikit berteriak.

Aku benar-benar marah kali ini pada Winda. Kemarin sudah malam, dan dia seenaknya hilang begitu saja? Dia pikir aku adalah manusia seperti dirinya yang sama sekali tidak peduli kepada orang lain? Aku sama sekali bukan dirinya! Kali ini kesabaranku padanya pun ada batasnya.

Kulihat Winda sedikit kaget mendengar teriakanku. Dari tadi ia memang sudah menunduk, tapi begitu mendengar teriakanku ia semakin menunduk lagi. Ia sama sekali tidak menjawab pertanyaanku, sedangkan aku membutuhkan jawabannya.

Begitu sampai ke bangkunya, aku langsung mendekatkan diriku padanya dan mencoba menarik tangannya agar ia mau menjawab kata-kataku. Tapi begitu ia mendongak....

Kenapa? Kenapa wajah Winda penuh lebam. Dia? Dia kenapa? Apa ada kaitannya dengan dia pulang sendiri semalam? Aku benar-benar tidak percaya dengan apa yang kulihat. Wajahnya penuh lebam, ada beberapa memar biru di wajahnya. Bahkan matanya pun terlihat bengkak, karena ada memar di dekat matanya.

"Lo, lo kenapa? Kenapa muka lo bonyok semua? Itu bukan karena semalem lo pulang sendiri terus digangguin preman kan? Karena kalau iya, gue akan bener-bener ngerasa bersalah banget. Kenapa? Lo kenapa?"

Meski aku sudah bertanya panjang lebar, ia tetap bungkam. Winda memang sudah tidak menunduk lagi, tapi dia membuang muka dari hadapanku.

"Jawab! Jawab!!!" Tanpa kusadari aku berteriak lagi. Aku melihat matanya terbelalak dan tubuhnya reflek kaget begitu mendengar teriakanku. Ada ketakutan di matanya, dan itu membuatku menyesal kenapa aku harus berteriak seperti itu kepadanya.

Dimas dan Ucok langsung berlari ke arahku begitu mendengar teriakanku. Kare reflek menarik tangan Winda yang masih kugenggam dan menarik Winda ke pelukannya. Sementara Risa mulai maju ke hadapanku.

"Heh, Evan! Lo gila ya berani ngebentak-bentak Winda? Lo nggak tau kalau Winda nggak bisa dibentak? Dia bahkan pernah pingsan waktu kelas sepuluh dibentak sama Bu Lina karena sama sekali nggak bisa ngerjain matematika. Lo pikir lo siapa hah? Berani-beraninya ngebentak Winda? Gue sebagai sahabatnya Winda nggak terima!! Ntar lama-lama lo gue jedotin ke tembok juga ya kalau masih kasar sama Winda!!" Risa menatapku seolah-olah ingin memakanku. Tanpa mendengar penjelasannya juga, aku sudah sangat menyesal telah membentak Winda.

"Van! Apa yang kau lakukan sih? Tidak boleh itu! Apapun alasannya kau tidak boleh membentak anak perempuan. Mereka itu lemah tau!" Kata Ucok.

Lihat selengkapnya