Can't Stop

Siti Soleha
Chapter #15

Siapa pengkhianat?

"Dan lo! Apa lo mau ngerebut cowo gue, untuk yang ke dua kalinya?" -Winda to Nadya

********

Dunia Winda

Aku menatap wajahku di cermin toilet. Sakit memarku tidak berubah, masih tetap sakit. Padahal sudah semalaman kukompres wajahku dengan es batu. Mata kiriku juga bengkak terkena hantamannya. Aku tersenyum pedih, inikah yang harus kuterima? Dan mungkin bahkan aku harus menerimanya seumur hidupku.

Tidak ada yang salah dengannya! Aku memang sudah dikorbankan! Jadi aku harus siap menerima semua perlakuannya. Aku menggigit bibirku kuat-kuat untuk menahan tangis yang tumpah. Tapi percuma, pertahananku jebol. Aku tetap menangis. Aku menangis entah menyesali apa? Menyesali nasib pun sia-sia, karena aku tidak bisa merubahnya.

Tiba-tiba aku mendengar Risa berteriak memanggil namaku. Aku buru-buru menghapus air mataku.

"Windaa, Windaa, lo di mana, Win?" teriak Risa yang akhirnya memasuki toilet.

"Lo nggak bisa santai ya jadi orang? Gue lagi ngaca juga!" jawabku sinis.

"Bukan begitu, Win, tapi ini urgent banget! Si Evan sama Dimas berantem di kantin!" seru Risa seraya menarik napas lebih dalam sehabis berlari.

"Terus hubungannya sama gue apa? Lagian kok bisa berantem? Mereka kan sahabatan dempet. Nggak mungkin bisa berantem lah ya."

"Gue juga nggak tahu pasti sih! Tapi yang jelas ini ada hubungannya sama Nadya! Si Dimas ngamuk-ngamuk sama Evan katanya Evan ngerebut Nadya dari Dimas." Risa menceritakan dengan heboh.

Sedangkan aku hanya bisa ber 'O' saja.

Nadya. Nama itu, ah tidak.. orang itu tidak asing. Aku mengenalnya bukan hanya sebagai perempuan di angkatanku yang paling cantik dan terkenal. Aku kenal lebih jauh dari itu. Aku pernah bersahabat dengannya waktu SMP. Dan karena sebuah hal, aku memutuskan untuk menjauhinya. Semua orang tidak ada yang tahu aku mengenal Nadya. Sewaktu aku tau aku masuk sekolah yang sama dengannya, aku bersikap seolah-olah tidak mengenalnya.

Dia, pernah mengkhianatiku. Dan aku sudah bersumpah tidak akan berteman apalagi bersahabat dengannya lagi.

"Ayo buruan lo ke kantin!" Risa menarik paksa tanganku. Aku yang tidak mengerti dengan apa yang Risa lakukan langsung melepaskannya.

"Kenapa gue harus ke kantin? Mereka kan sama sekali nggak ada hubungannya sama gue!" Kataku keukeuh.

"Ya ampun, bisa ntar aja nggak sih gue ngejelasinnya? Jadi tuh yang jelas waktu Dimas ngamuk sama Evan, Evan yang ngerasa ini cuma salah paham aja sama sekali nggak ngebales tonjokkan Dimas. Muka Evan sampe bonyok sama kayak muka lo tuh! Gue yang nggak tega lihat Evan udah babak belur begitu langsung gue samperin buat melerai mereka. Tapi Evan malah minta tolong sama gue buat bawa lo ke kantin!" Jelas Risa panjang lebar.

"Bawa gue? Buat apa?" Tanyaku bingung.

"Buat ditonjokin juga sama Dimas! Ya mana gue tau buat apaan!" Risa yang tambah kesal menarik tanganku lagi tanpa memedulikan aku yang berkali-kali bilang tidak mau.

Lihat selengkapnya