"Tidak ada yang lebih buruk daripada melihat seorang yang biasanya terlihat ceria, malah terpuruk setengah mati."-Winda
*****
Dunia Winda
Sudah tiga hari statusku berubah menjadi pacar pura-pura Evan. Posisi ini sama sekali tidak menguntungkan untukku karena aku malah mendapatkan banyak cibiran dari seisi sekolah. Para fans Evan tidak ada yang terima begitu mendengar kalau aku jadian dengan Evan.
Kupingku juga selalu panas, karena mereka selalu menggosipiku bahkan di depanku sekali pun. Aku yang tadinya hanya seorang siswi biasa berubah menjadi public enemy seketika dan ini semua gara-gara Evan. Orang yang saat ini sedang duduk cengengesan bersama teman-temannya di seberang bangkuku.
Enak sekali hidupnya seperti tidak ada beban, sedangkan aku di sini malah menanggung banyak beban. Sekarang ke kantin pun kalau bukan sama Evan, aku tidak akan ke kantin. Bukannya aku takut menghadapi mereka semua, aku hanya malas berurusan dengan makhluk-makhluk kurang kerjaan begitu.
Sorry, urusanku masih banyak! Tidak level mengurusi mereka. Dan yang membuatku lelah, baru tiga hari aku berpura-pura jadian sama Evan, sudah tiga kali pula aku ke luar-masuk ruang BK karena kasus perkelahian.
Selama ini setiap ada kakak kelas atau siapa pun yang tidak terima aku jadian dengan Evan, mereka langsung membullyku. Risa dan Kare yang tidak terima melihatku diperlakukan seperti itu, langsung membelaku. Sialnya, tidak hanya membela, tapi turut menghajar mereka. Risa dan Kare bilang orang-orang itu harus diberi pelajaran, agar tidak gampang membully anak orang lagi.
Belum lagi Nadya, tiga hari ini dia mencoba menghubungiku dari semua lini. Telephone, chat, SMS, video call. Benar-benar menyebalkan! Aku tidak mau mengangkatnya karena aku tidak mau berurusan dengannya lagi. Kalau dipikir-pikir, siapa bilang punya pacar ganteng itu enak? Nggak sama sekali!
Aakkkhhh... aku mengacak-ngacak rambutku sendiri. Kenapa aku harus menghadapi permasalahan seperti ini?
"Kamu kenapa?" tanya Evan tiba-tiba sudah duduk di bangkuku.
"Hah?? Lo ngapain tiba-tiba di sini?" tanyaku kaget.
"Aku sayang, aku! Nanti temen-temen kamu curiga sama kita." Evan mendekatkan wajahnya kepadaku untuk membisikiku.
Aku membelalakkan mataku langsung tersadar dengan ucapan Evan. Aku melirik Kare yang sedang menatap kami dengan tatapan tajam dan penuh curiga.
"Eh, iya, maksudku ngapain kamu ada di sini?"
"Nih, mau ngasih susu coklat, kamu kan nggak bisa ke kantin gara-gara aku. Hehe."Evan menunjukkan tampang innoucent.
"Bagus deh kalau sadar!" kataku cuek mengambil susu itu dari tangan Evan.
"Nanti pulang bareng aku kan?"
"Iya ... iya, bawel, sono ah!!" kataku kesal seraya mendorongnya.
..................
Setelah bel pulang sekolah berbunyi, aku dan Kare mengatur rencana rahasia. Ini kami lakukan karena beberapa hari terakhir ini, Risa selalu bertingkah mencurigakan. Biasanya ia selalu pulang bareng aku dan Kare, meski kadang-kadang juga ia membawa motornya sendiri. Tapi berbeda dengan beberapa hari terakhir ini, ia selalu pulang duluan dan tergesa-gesa seperti orang yang sedang dikejar-kejar setan, buru-buru sekali!
Aku dan Kare bersembunyi dibalik pohon besar yang rindang di dekat parkir motor. Pohon itu mampu menyembunyikan kami berdua, sekaligus bisa melihat Risa dari jarak dekat. Aku dan Kare sangat fokus melihat ke arah Risa yang sepertinya sedang resah memikirkan sesuatu.
"Kamu lagi mata-matain siapa, sayang? Kok kayaknya serius banget!"
Sontak aku dan Kare langsung nengok ke belakang karena kaget.
"Aakkhhh ...." Aku dan Kare teriak bersamaan.
"Aaakkkhh ...."Dimas dan Ucok malah latah ikut teriak juga.
"Kamu ngapain sih di sini?" bentakku pada Evan.
"Aku yang harusnya nanya begitu! Kamu ngapain ngumpet-ngumpet sama Kare di sini? Udah kayak maling ayam aja berdua!" seru Evan.
"Sssttt, berisik!! Awas lo ya bertiga kalau Risa sampai tau kita lagi ngumpet di sini, gue gibeng lo semua!" ancam Kare.
Evan, Dimas, dan Ucok langsung terdiam. Aku dan Kare bersembunyi lebih dalam lagi ke pohon besar tersebut, takut Risa menoleh ke arah kami. Begitu juga dengan Evan yang ada di belakangku, disusul oleh Dimas dan Ucok di paling belakang.
"Lo mah nggak usah ngumpet juga nggak bakal ketahuan kali, Cok, udah paling item, paling belakang lagi, aman udah lo mah aman hahaha." Evan menertawai Ucok yang mencoba bersembunyi dibalik punggung Dimas.