“tring, tring, tring....”.
Argghh, alarmnya berisik banget sih. Nggak tau apa, orang lagi tidur. Bentar lagi ngapa bunyinya, masih mager nih.
“Tok, tok, tok...”, sepertinya ada seseorang yang mengetuk pintu kamarku. Ah, mungkin itu Ibu. Aku harus bergegas meninggalkan bayang ini, walaupun dirasa sayang, tapi aku harus bangun. Aku nggk mau pintu itu melayang dan aku bakal dapat sarapan pembuka dari Ibu: ocehan Ibu.
Hum, itu hal yang paling aku benci. Ocehannya membuat gendang telingaku sakit, bahkan tak berhenti disitu. Sampai aku selesai mandi pun ocehan itu takkan selesai. Aku harus bergegas secepatnya.
Namaku Juli, lebih lengkapnya Arini Julianti. Nama ini yang membuat orang tau, kalau aku lahir di bulan Juli. So pasti zodiakku Cancer, si kepiting yang kuat tapi lembut, hehehe.
Tahun ini aku lulus dari Sekolah Menengah Pertama. Sedangkan Hari ini adalah hari pertamaku masuk Sekolah Menengah Kejuruan. Iya benar, itu hari ini. Hari pertamaku, jadi aku tidak boleh terlambat.
Syukurlah kemarin malam aku sudah menyiapkan semuanya: seragam sekolah, tas dan seperangkat alat tulis. Semua sudah lengkap, tinggal berangkat.
“Bu, aku pergi dulu ya. Assalamualaikum”, ujarku dengan penuh semangat.
“Iya hati-hati ya, Wa'alaikumsalam”,Ibu.
“Bismillahirrahmanirrahim”, melangkah kaki kananku keluar dari persembunyian ternyaman dan teraman (rumahku). Sekarang langkah kaki ini menuju rumah Ina temanku.
“Assalamualaikum, I...na (mendayu), berangkat bareng yok!”.
“Bentar ya, aku pakai sepatu dulu”, ujar Ina.
Ina adalah teman kecilku, kami tumbuh bersama, SD dan SMP bahkan sampai SMK di tempat yang sama. Hanya saja kami lahir di tahun yang beda. Ina lebih muda satu tahun dariku. Ina masuk SD lebih cepat dari usianya, karena dia takut sendiri dan tidak ada teman. Akhirnya dia didaftarkan ke SD bersamaku.
Yah begitulah kira-kira, kita berteman memang sudah cukup lama.
Di sekolah ini, aku hanya kenal dengan Ina dan Sari. Sari adalah teman satu SMP-ku dan ada beberapa orang lagi, tapi aku tak begitu kenal dengan mereka, karena kami tak pernah satu kelas.
“Ting, ting, ting....”.
“Perhatian kepada seluruh siswa baru, untuk membentuk barisan di depan kantor. Sekali lagi, kami beritahukan kepada seluruh siswa baru agar secepatnya membentuk barisan”, ujar salah seorang guru.
Semua murid baru termasuk kami, mengambil langkah seribu. Barisan terbentuk dan rapi layaknya barisan angkatan siap mengambil sikap. Kami bertiga memilih barisan paling depan, karena kalau di belakang kami nggk bakalan fokus mendengarkan informasi yang akan disampaikan.
“Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, bla, bla, bla...”, begitulah kata sambutan dari Bapak kepala sekolah menyambut seluruh siswa baru. Sambutannya panjang kali lebar, jadinya luas. Kakiku sampai tak tahan memapa sambutan tersebut.
Akhirnya kata sambutan dari beberapa guru selesai. Sekarang waktu pembagian kelompok. Nama demi nama disebut, dibagi ke dalam beberapa kelompok yang berbeda-beda. Kali ini aku berpisah kelompok dari Ina dan Sari. Padahal kami dibarisan yang sama, kenapa cuma aku yang dipisah. Hais, gimana nih. Aku cuma kenal mereka.