Beruntung karena kemampuan beladiri Hito dia bisa menghindari tebasan pedang itu, namun tetap saja serangan serius itu mengejutkannya, perlahan dia mundur untuk memperhatikan dengan seksama kondisi yang sedang terjadi, setelah memperhatikan lokasi disekitarnya Hito menyadari bahwa sebelumnya dia tidak pernah melihat ada tanah kosong seluas ini di sekitar bukit, dari jauh juga tidak terlihat adanya pemukiman warga, padahal seharusnya dia bisa melihat deretan rumah dari ujung hutan, Hito semakin merasa ada yang aneh kemudian berlari kembali ke dalam hutan, dari hutan dia memperhatikan lagi apa yang sedang terjadi.
“Apa yang sebenarnya terjadi, baru pertama kalinya aku terlibat perkelahian yang menggunakan banyak senjata, dimana aku sebenarnya ?” Tanya Hito dalam hati.
Dari kejauhan Hito masih melihat pertempuran itu, dia melihat banyak korban yang berjatuhan diantara para prajurit lain yang masih bertempur, hingga kemudian terlihat pasukan merah mulai terdesak, selang beberapa waktu kemudian dari belakang pasukan merah terdengar suara derap kuda yang bergemuruh, dalam waktu sekejap rombongan berkuda itu sudah tiba dibelakang pasukan merah.
“Serang....!!!” Teriak seorang dari atas kuda.
Dia memakai jubah perang merah dengan pelindung keemasan, membawa sebuah tombak yang tongkatnya juga berwarna merah dan memakai helm yang terpasang kain merah diatasnya, orang berkumis tebal itu memberi komando dari atas kudanya, seketika pasukan berkuda segera menerjang ke garis depan setelah mendengar perintahnya.
Pasukan biru yang sempat unggul berbalik terdesak setelah diterjang pasukan berkuda yang jumlahnya besar. Karena melihat bala bantuan pasukan merah yang begitu besar, seorang yang terlihat seperti komandan pasukan biru pun memberi perintah.
“Mundur..!!! Kita tidak bisa mengalahkan mereka hari ini, jumlah mereka terlalu banyak, jangan sampai kita kehilangan lebih banyak pasukan, semuanya kembali ke barak.. !!!” Teriak komandan tersebut.