Candramaya.

Oleh: Binta Munawaroh

Blurb

Candramaya, Wanita yang memiliki dan mampu memberi binar layaknya sinar rembulan. Tapi apakah rembulan mampu membantunya memberi cahaya?. Cahaya yang ternyata kian lama kian meredup dan hampir padam.
...
"Karena demo yang tak kunjung reda dan penyerangan toko-toko, jadi semua pegawai terpaksa diliburkan sampai waktu yang belum ditentukan." Ucap Sumiati, Bos mereka.
"Lalu bagaimana dengan gaji kami Bu?" Sanggah Maya.
"Masalah itu sudah menjadi tanggungan sendiri-sendiri" Ucap Sumiati lagi. "Yang terpenting toko mas ini akan tutup lama, jadi kalian boleh bubar" Sumiati lantas pergi meninggalkan beberapa karyawannya yang unjuk kesal atas kesepakatan sepihaknya.
...
"Kan bapak wis ngomong Nduk, Saiki iku jamanne susah, Utang Bapak Karo simbokmu iku Yo wis numpuk ning ndi papan, Bapakmu Iki wis tuo. Koe rabio nduk, Bapak Wedi kalah Karo umur." (Kan bapak sudah bilang, sekarang itu lagi jaman susah, bapak sama ibu hutang numpuk dimana-mana, bapak juga udah tua, kamu menikahlah, bapak takut kalah sama umur).
"Bapak ngendiko nunnopo to Pak, bapak niku kedah sehat." (Bapak ngomong apa pak?, Bapak itu harus sehat)
"Lamaranne Sarifudin iku ndang ditompo Nduk, bapak percoyo nak Dee iso mbahagiakke koe"
Maya tersenyum simpul tak lagi menjawab pertanyaan Bapaknya, ia berpamitan ke kamar setelahnya.
...
Tahun ini cukup pahit, dia sudah kehilangan dirinya sendiri, dia sudah menghancurkan hidupnya sendiri. Dunia terlalu kejam baginya.
Pemerkosaan yang merajalela dan krisis moneter semakin mencekiknya. Dia tau ini sama sekali tidak mudah, tapi dia tau, bapak ibunya tidak pernah jauh darinya, dan satu lagi, laki-laki tampan semampai yang ia yakini sedang menunggunya di desa.
...
"Aku gak bisa terima lamaranmu Din, aku ini kotor, dan aku yakin kamu akan membuangku layaknya sampah saat kau tahu."
"Aku gak peduli May!"
...
Disclaimer : Tulisan ini tidak mengandung SARA

Lihat selengkapnya