Candramaya.

Binta Munawaroh
Chapter #1

Prolog

Maya memainkan ujung jarinya yang sudah sedikit luka. Didepannya terduduk kedua orangtuanya dan Kepala Desa yang sedang sama-sama terdiam.

"Saya sih ikut aja, terima lamaran Sarifuddin atau, ya kamu tau sendiri kan May?. Saya gak pernah main-main soal ini" ucap Kepala Desa sembari melihat ke arah Maya yang tertunduk dan sesekali menatap ke arah Sumanti. Ibunya. "Rumah ini harta terakhir Bapakmu May, kalau kamu tolak lamaran Sarifuddin, ya habis sudah harta Bapakmu. Kamu juga bakal jadi gembel. Bapak Ibumu iku Yo bakal mati kudanan" Maya hanya menunduk.

Dengan raut masam, Pak Broto. Ayah Maya, sedikit mendongak dan menatap Pak Kepala Desa tajam.

"Bapak dingapunten, Maya itu anak satu-satunya saya. Anak yang saya harap bisa jadi jembatan untuk mengangkat derajat kami sekeluarga. Maya ini punya mimpi Pak. Mimpi sama seperti anak-anak lainnya. Kalau bapak memang mau ambil rumah ini, silahkan. Saya tidak apa-apa jika harus mati kehujanan, kepanasan, kelaparan. Asalkan, anakku tetep dadi opo sing dadi impianne". Pak Broto mengusap kasar air matanya. Kesalahan dimasa mudanya adalah kesalahan yang harus ia tanggung, bukan putrinya.

"Wong kere kok gumedhe, sok ngimpi dhuwur!. Rasah gumedhe! Bakale yo tibo, wong kere koyo koe kui yo tekan mati yo kere". Pak Kades berdiri meninggalkan Pak Broto yang matanya memerah karena menahan emosi.

Lihat selengkapnya