Candramaya.

Binta Munawaroh
Chapter #2

Cahaya Bulan

Rembulan mungkin tidak selalu memberi pijar.

Riuh parau yang kian terbungkam, lama kian tak tersapa.

Rintang tangis pada semesta yang memberi lara pada gadis tak bernoda.

Membunuh jiwa yang ambruk pada gelap tak berpenghujung.

Kisah kelam pada abu yang tak bisa membalas kayu.

...

Sejak sore tadi, hujan gerimis mengguyur desa Maya. Desa kecil di pelosok Jawa Tengah, dekat sekali dengan Gunung Merapi. Gunung gagah nan indah yang sering kali menjadi bahaya juga di saat tertentu.

Dia melirik salah satu koran lusuh di atas meja kayu di kamarnya. Koran bekas yang pagi tadi dibawa Bapaknya dari pasar.

“Sudah di penghujung tahun 1997, bagaimana rencana liburan kalian?” Bacanya pada salah satu baris di bawah judul berita sore itu. Ia tersenyum tipis. Pasti menyenangkan sekali.

Lihat selengkapnya