Candy

Rama Sudeta A
Chapter #2

Alive

"Ha!!!"

Aku terbangun dengan penuh ketakutan dan kecemasan seperti biasa setelah mimpi buruk yang sama, yang terus berulang-ulang, itu kembali menyapaku malam ini ... atau semalam.

Ternyata pagi telah datang.

Sinar hangat matahari pagi kota Jakarta yang indah selalu datang menjemput, membangunkanku, memeluk, dan menciumiku berulang kali hingga membuatku "terbakar" dan melupakan mimpi buruk sialan itu.

"Kenapa kau selalu saja mengagetkan kami di setiap pagi, sayang?" tanya salah satu gadis yang sedang menyantapku dengan rakus pagi ini.

***

Maaf, apa aku tadi bilang "matahari"? Sebenarnya mereka lima atau enam gadis cantik dan seksi yang kutemui tadi malam di sebuah bar ... atau jalan? Entahlah, aku tidak ingat, aku rasa aku masih sedikit mabuk setelah berpesta semalam. Ah, sudahlah, lupakan, itu tidak penting, salahku.

Kita kembali ke cerita.

***

"Apa maksudmu? Tentu saja itu sebuah 'alarm' untuk memberitahu kalian bahwa pesta belum berakhir dan kita akan terus bersenang-senang sampai mati," jawabku sambil terus mengecupi tubuh telanjang mereka yang indah itu.

"Oh, sial!" umpatku tiba-tiba.

"Ada apa, sayang? Rileks ... kau bilang kita akan bersenang-senang sampai mati, kan?"

"Ya. Sekarang waktunya," ucapku gelisah.

"Jam berapa sekarang?"

Aku, dengan sangat terburu-buru, seperti orang gila, mungkin, berusaha mencari-cari sebuah benda ajaib yang baru saja kudapatkan beberapa hari yang lalu dari seorang pria tua di pinggir jalan, smartphone, ya, aku rasa itu namanya.

Sebuah benda aneh berbentuk persegi gabungan dari beberapa benda seperti telepon, kertas untuk menulis pesan, jam, kamera, video game, radio, TV, koran, majalah, buku, dan bahkan komputer, dengan sebuah layar kaca ajaib yang bisa disentuh dan digeser-geser sesuka hati.

Bahkan benda itu hidup. Terkadang ada suara perempuan yang keluar dari dalam benda tersebut dan menanyakan hal-hal aneh padaku. Jujur, terkadang itu membuatku takut.

"Mana? Mana? Mana?"

Aku terus mencari dan mencari, menggali dan menggali tumpukan selimut dan pakaian kami yang berantakan sekali.

"Apa yang sebenarnya kau cari?" tanya mereka heran dengan kelakuanku.

"Ssttt!!! Diamlah, jangan berisik ... aku sedang mencari ...."

"Eureka!!!"

"Penemuan terbaik abad ini!"

Lihat selengkapnya