Capella tersenyum menampakan wajahnya yang mulai tenang. Dia masih memikirkan alasan Rigel berada disana. Apa semua itu hanya kebetulan? Atau memang itu bagian dari rencananya? Pikir Capella sambil berjalan menuju ruang tengah bersama Mahesa. Capella mengistirahatkan dirinya di sofa, duduk bersandar meregangkan tubuhnya setelah pertarungan. Mahesa berbelok menuju dapur untuk membuat secangkir teh dan menyuguhkannya pada Capella. "Silahkan Nona." Ujar Mahesa meletakan cangkir dihadapan Capella kemudian duduk disofa sebelah kiri Capella.
Keadaan begitu sunyi. Mahesa atau pun Capella terfokus pada pikirannya masing-masing. Tidak ada yang bicara, hingga akhirnya Mahesa melihat Capella yang mulai pucat. Mengingat kondisi Capella yang belum stabil setelah tersegel, Mahesa pun meminta Capella untuk beristirahat. "Nona lebih baik istirahat saja. Jangan memikirkan soal pertarungan tadi." Ujar Mahesa.
"Kau benar. Kalau begitu aku akan ke kamar," Ucap Capella bangkit dari sofa.
"Selamat malam dan selamat beristirahat, Nona," Mahesa berdiri dan membungkuk kan badannya.
"Kau juga sebaiknya beristirahat. Pertarungan dengan Esita tadi pasti—"
Guubraak!