Hujan. Beberapa hari belakangan langit terus menumpahkan milyaran tetes air sejak pagi. Sama seperti hari ini. Aku yang sudah sampai di sekolah sejak lima belas menit lalu hanya bisa mengeratkan mantel seraya bergidik. Suasana dingin dan sepi membuat perasaanku sedikit tidak enak. Bukannya takut ada hantu atau makhluk astral atau penampakan, ah, pokoknya bukan karna hal seperti itu.
Ugh ... Kenapa belum ada yang datang? Aku datang terlalu pagi atau murid-murid di sekolah ini yang memang malas berangkat pagi? Padahal sudah jam tujuh, tapi koridor kelas Bahasa masih kosong melompong.
Aku melirik kesal dan iri pada koridor kelas IPA yang sudah diisi oleh banyak siswa-siswi sedang duduk di depan kelas sambil membaca buku atau berdiskusi. CK, benar-benar sekumpulan anak-anak pintar dan rajin.
Deira Almia adalah namaku, kelas XI Bahasa1, murid paling rajin, pintar, cantik, berbakat juga yang paling berguna memberikan contekan PR di jurusan Bahasa. Hampir semua murid di daerah sekitar mengenalku, mulai dari anak-anak TK, SD, SMP, sampai seluruh murid SMA di sekolah ini. Bukan sombong atau apa, tapi aku terkenal karna merupakan salah satu siswi paling cantik dan pintar sejagad.
Netra cokelat milikku menelurusuri koridor kelas IPS, kembali merasa kesal karna sudah ada tiga murid yang sedang saling menyipratkan air hujan dan tertawa ribut. Lihat, deh! Bahkan koridor kelas IPS sudah ada yang mengisi. Padahal para penghuni jurusan IPS dan Bahasa memiliki kepribadian yang sama. Kepribadian khas warga +62, suka ngaret.
"Dei ..."
"Aah!"
Suara berbisik pelan dengan hembusan napas dingin membuatku langsung berteriak dan mendorong asal suara.
"Duh, galak banget sih pagi-pagi."
Mendengar gerutuan dari sebuah suara yang sudah kuhapal mati, membuat mataku yang tadinya terpejam langsung terbuka.
"Bagas!" Aku bernapas lega ketika melihat salah satu teman sekelas sekaligus sahabatku sejak SD sedang mengusap bahunya seraya mengaduh pelan. Tadinya kupikir ada hantu atau penampakan. Tapi aku bukannya takut pada hal-hal seperti itu, serius!
"Cewek kok tenaganya kayak badak. Anggun sedikit, dong."
Mendengarnya masih saja mengomel membuatku memutar bola mata.
"Enggak usah lebay! Lagian kamu yang tiba-tiba nongol, udah kayak jailangkung yang datang tak diundang."
"Bukan tiba-tiba, kamu aja yang sibuk lirik-lirik kelas IPS. Ada siapa, sih?"