Rena dan Fika tampak serius memandangi ponsel Fika yang menyala, menampilkan banyak tulisan di sana.
Mereka yang sudah masuk kelas dan duduk di tempat mereka masing-masing tidak menyadari siapa saja yang sudah datang memasuki kelas X-4 saking khusyuknya membaca salah satu artikel berjudul, 'Cara Mendapatkan Cogan'.
"Bu Tantri dateng!!"
Ketua kelas X-4 yang sedari tadi berjaga-jaga di depan kelas, berteriak.
Spontan seisi kelas duduk manis di tempat duduk mereka masing-masing termasuk Rena dan Fika mereka memberhentikan acara pentingnya itu dan fokus menatap Bu Tantri yang baru saja datang.
Sepanjang pelajaran Bu Tantri, Rena terus memikirkan tentang artikel yang tadi ia baca dengan Fika, ia sama sekali tidak fokus memerhatikan Bu Tantri di depan. Tidak ada sama sekali rumus matematika yang masuk ke otaknya meskipun matanya memandangi papan tulis---sebetulnya sih memang setiap pelajaran tidak pernah masuk ke otak Rena.
Rena menompang dagu. Cara pertama yang dianjurkan artikel itu adalah pura-pura nabrak target.
Ia masih tidak setuju dengan usul Fika yang ia pikir gila ini. Tapi Rena kini senyum-senyum, membayangkan jika hal itu terjadi betapa bahagianya dia bisa dekat dengan Galen yang mukanya mulus kayak jalan Tol itu.
"Renata Dinanti, coba kerjakan soal nomor 3!"
Bu Tantri membuyarkan lamunan Rena. Rena panik. Mana bisa ia mengerjakan soal itu.
"Fik, gimana nih!" Rena berbisik, menyikut Fika yang terlihat sedang menahan tawa melihat penderitaan sahabatnya.
"Lo sih ngelamun sambil senyum-senyum, ketahuan kan lo." Balas Fika setengah berbisik.
Rena pasrah saja, bangun dari bangku menuju Bu Tantri yang berdiri di depan. Rena mengambil spidol hitam dari tangan Bu Tantri. Ia mulai melihat soal nomor tiga yang berhasil membuat otaknya tiba-tiba berdenyut.
"Ayo Rena, kerjakan! Kenapa kamu diam saja?"
Rena menoleh ke arah Bu Tantri yang mengeluarkan tatapan tajamnya. Sedari tadi ia hanya melihat soal ini, tidak hapal rumusnya apa, dan rasanya ia ingin kabur dari sini.
"Rena... Rena... kita sudah masuk semester akhir, cara belajar kamu masih saja kayak semester awal. Sudah kamu duduk!"
Bu Tantri akhirnya menyerah, membiarkan Rena kembali duduk. Seisi kelas yang melihat itu tertawa pelan.
"Anak-anak, kalian harus mulai serius belajar jangan melamun kayak Rena tadi! Kalau kalian ingin naik kelas, fokus perhatikan di depan!"