Rena mengikuti Galen memasuki perpustakaan. Ia mengikuti Galen yang sedang menyelusuri rak buku sejarah. Rena yang berada di samping kanan Galen berpura-pura ikut mencari buku di sampingnya sambil terus diam-diam mengulum senyum.
Rena memerhatikan gerak-gerik Galen, memastikan cowok itu kapan akan beranjak dan ia akan mulai berpura-pura menabrak Galen.
"Ini saatnya!"
Ucap Rena tanpa bersuara saat Galen hendak berjalan. Rena menabrakan dirinya membuat ia berhadapan dengan Galen.
"Maaf," ucap Rena sambil merunduk begitu juga Galen, mereka sama-sama mengambil buku mereka yang terjatuh.
Rena tersenyum. Ini kayak di FTV atau drama korea banget kan? Ngambil barengan terus kepala kebentur karna terlalu dekat, terus kita berdua jadi salah tingkah. Batinnya terus berseru bahagia.
"Sekali lagi, maaf. Kepala kamu sakit?"
"Engga, Kok."
Rena menjawab sambil tersenyum. Menunjukkan senyum terbaik yang ia punya.
"Gue Galen, lo?"
Galen mengulurkan tangannya kepada Rena, Rena segera menjabat tangan Galen yang sangat mulus itu.
"Gue Rena, Renata Dinanti."
"Dan gue Nyak lu, yang lahirin lu!"
Rena bangun dan spontan merubah posisinya jadi duduk. Nyaknya sengaja berteriak di telinga Rena untuk membangunkan anaknya itu.
"Lu bener-bener ya, Ren! Kebanyakan nonton takor lu makanya ngigo mulu!"
"Hah? Takor? Drakor Nyak bukan Takor, etdah!"
"Udah berubah, Ren?"
"Emang begitu, drakor, drama korea. Singkatan."
"Bodo amat dah. Dah lu sekarang mandi sono!"
"Nyak jangan rusak mimpi Rena terus kenapa sih?"
"Lu itu harus hidup di dunia nyata, Ren! Jangan halu mulu."
Rena tersenyum kecut dan pergi menuju kamar mandi. Mimpi indahnya selalu saja buyar.
🌸🌸🌸
Selesai mandi tidak lupa pakai baju seragam, tanpa polesan make-up juga tidak pakai skincare. Rena langsung menunggu angkutan umum di depan kompleks, tidak lama angkutan umum itu muncul.
Tapi angkutan umum ini tidak juga bergerak sesaat ia sudah masuk. Ia baru sadar, baru ada lima penumpang di dalam. Rena menghela napas gusar, ngetemnya pasti lama, ia berharap tidak akan telat hari ini.
Tiba-tiba saja cowok yang sangat Rena kenali memasuki angkutan umum yang sama dengan Rena, tepat duduk berhadapan dengannya. Penumpang cewek berseragam putih biru yang berada di samping Galen mulai berbisik-bisik dengan temannya sambil senyum-senyum.
"Galen." Tanpa sadar Rena mengucapkan nama Galen tanpa bersuara.
Galen sama sekali tidak memerhatikan Rena atau penumpang lain di angkutan umum, pandangannya tertuju pada jalanan dan supir angkutan umum yang masih berteriak menawarkan jasanya.
Bang supir, ngetemnya lamain aja deh gak apa-apa. Biar terus bisa lihat pandangan indah di depan. Batin Rena berseru senang.
Takdir mempertemukannya di angkutan umum. Mungkin Rena dan Galen memang berjodoh, pikiran itu terus beputar-putar di otaknya membuat Rena tidak berhenti tersenyum menatap Galen.
Galen yang mulai menyadari tatapan Rena merunduk dan mulai tidak nyaman. Rena yang sadar perubahan Galen jadi salah tingkah dan pura-pura memandangi yang lain.
Bego! Rutuk Rena dalam hati.
Rena sangat malu Galen memergoki Rena yang sedang memandanginya. Rena tahu siapa dirinya. Seorang Galen yang seperti Pangeran itu mana mau memandangnya.
Rena jadi ragu sekarang. Awalnya dia sudah mau mengikuti misi Fika bahkan misi pura-pura nabrak Galen sampai terbawa mimpi tapi sekarang melihat Galen di hadapannya menyadarkan Rena, siapa dirinya. Sepertinya cara itu tidak akan berhasil.
"Udah penuh. Berangkat!"
Supir angkutan umum mulai melajukan kendaraannya. Kini Rena tidak berani melihat Galen lagi. Ia malu dan harus tahu diri dia siapa. Sepertinya ia tidak akan melanjutkan misi gilanya Fika.
"Lo siswi SMA Harapan juga?"