"Rena! Buset nih bocah, udah SMA masih aja lu telat mulu, Ren. Cape bangunin kudu teriak-teriakan, nyiram lu, aduh! Pusing gue, Ren."
Nyak seperti biasa menasehati panjang lebar. Rena yang kini cepat-cepat mengikat tali sepatu hanya mengangguk dan segera pamit pada Nyaknya.
"Assalamu'alaikum, Nyak. Beh, pergi dulu."
Rena sekalian berteriak memberitau Babehnya yang sudah berada di warung sembako miliknya yang berada di samping rumah Rena.
🌸🌸🌸
Setelah keluar dari angkutan umum Rena berlari sebelum Pak Jono satpam sekolah menutup gerbang SMA Harapan yang cukup tinggi itu. Deru napasnya kencang terdengar, keringatnya juga mulai bercucuran. Ini malah seperti sedang pelajaran olahraga, lari maraton.
Rena terus menggerutu dalam hati. Manyun sebal karna telat dan hampir saja Pak Jono menutup gerbang. Tapi dengan gerakan slow motion, Rena melewati gerbang yang sudah hampir sempurna menutup. Tubuhnya yang kecil ada gunanya juga pagi ini.
Ia melihat sosok cowok yang tidak asing di depannya. Sedang berlari-lari juga mendahuluinya. Itu Galen.
Nah kan kayak film India gue lari-larian bareng Galen. Batinnya berseru senang.
Syukurlah Galen dan Rena tidak telat---walaupun Rena inginnya begitu biar di hukum bareng---Mereka terus berlari menuju kelas mereka masing-masing. Rena menahan tawanya karna adegan yang seharusnya panik malah jadi menyenangkan begini.
"Eh, lo?"
Galen menoleh ke belakang, menyadari ada seseorang yang juga sedang berlari seperti dirinya.
Rena tersenyum canggung sekaligus kaget melihat Galen menyadarinya. Ia yang semula berusaha terus menjaga tubuhnya untuk tetap di belakang Galen karna Rena malu mensejajarkan tubuhnya dengan Galen, kini akhirnya ia dengan rasa tidak tahu malu mensejajarkan tubuhnya di samping Galen tak lupa nyengir kuda yang terus menghiasi wajahnya yang berkulit kuning langsat itu.
Mereka berdua kini berlari kencang memasuki gedung sekolah yang lumayan jauh dari gerbang.
"Telat juga?"
Rena mengangguk. Lalu pandangan Galen kembali fokus ke depan. Tapi tidak dengan Rena, biasanya kejadian seperti ini hanya terjadi di mimpinya, tapi kali ini nyata.
"Bisa barengan gini ya gue telat sama lo..."
Mungkin dedek jodoh sama abang!
Ingin sekali kata itu terucap dari mulut Rena tapi ia menggeleng cepat, "Hehe iya nih bareng."
Rena jadi teringat, ia mau mengembalikkan payung yang kemarin di berikan Galen. Cewek itu segera mengambil payung di tas, sambil terus berlari sejajar dengan Galen.
Karna tidak memerhatikkan arah depan, Rena tidak sengaja menabrak pohon yang ada di depannya.
Galen yang melihat itu tidak bisa menahan tawa. Rena hanya bisa merutuki kebodohannya dan menahan malu menjadi bahan tertawaan Galen.
"Hati-hati makanya. Sakit nggak?"
Galen berhenti berlari sambil menoleh ke wajah Rena yang ia tutupi karna sakit dan malu tentunya.
Ya Rabb! pas banget kena matahari, muka Gelen yang cekep jadi kayak bersinar. Indahnya pagi ini! Lagi-lagi ia berseru senang dalam hati melihat keindahan ciptaan Tuhan di depan matanya.