"Pagi, Ren."
"Pagi, Indah, Via." Rena nyengir, memperlihatkan giginya yang tidak terlalu rapih.
"Ren, nanti acara akhir semester lo mau tampilin bakat apa?" Indah bertanya.
Mereka bertiga kini berjalan memasuki kelas X-4.
"Belum tahu. Kalian berdua?"
"Gue sih teater, gue kayaknya ada bakat acting. Lo, ndah?"
"Kalau gue sih nyanyi. Bakat gue di sana."
Rena terdiam, ia sendiri tidak tahu mau menampilkan apa di acara semester akhir. Acara ini selalu ada di SMA Harapan. Setiap akhir semester, setiap kelas akan menampilkan bakat-bakat mereka yang akan di nilai oleh wali kelas sebagai nilai tambah di rapot. Jika tampilan mereka sangat memukai mereka juga diberikan kesempatan dijadikan finalis yang akan tampil di pentas seni.
Rena hanyut dalam pikirannya, dari dulu Rena tidak tahu ia berbakat di bidang apa. Bahkan cita-cita atau ia mau jadi apa di masa depan saja ia masih tidak tahu.
"Gue suka dengan acara yang di cetuskan Kepala Sekolah. Dengan begini, semua murid jadi bisa menampilkan bakat mereka masing-masing."
"Gue setuju, Vi!" Indah berseru. "Memang bakat lo apa, Ren?"
"Iya bakat lo apa, Ren?" Via ikut bertanya.
Mereka berdua menyadarkan lamunan Rena akan apa bakat yang ia miliki.
"Belum tahu hehe." Rena nyengir.
Indah menoleh ke arah Rena, "lo belum tahu bakat lo apa?"
"Atau lo ikut gue aja, teater. Mungkin lo ada bakat acting." Via menyarankan.
Indah tertawa, "Kebanyakan yang teater itu cantik-cantik semua, Cleo, Fatma, Irna, lo, Vi. Kalau Rena ikut, kasian dia, yang ada dia cuman dapet peran jadi pohon."
"Ndah!" Via menyikut. Indah memang terkenal suka ceplas-ceplos. Rena tersenyum tipis mendengar itu tapi ia kembali nyengir lagi seolah tidak ada yang terjadi.
"Ren, maaf, gue nggak maksud."
"Gak apa-apa, ndah."
"Ren, sorry ya. Indah emang suka asal kalau ngomong."
Via kembali menyikut Indah. Rena yang sudah duduk di bangkunya tersenyum berusaha menjawab dia tidak tersinggung---padahal sebetulnya omongan Indah membuat Rena mulai insecure lagi.
"Gue nggak maksud gitu, Ren, Sorry. Mungkin bakat lo di nyanyi, kayak gue."
Rena tersenyum, "Gue nggak suka nyanyi."
"Jadi lo sukanya apa? Biasanya bakat itu dari hal yang kita sukai, Ren,"
Ucap Indah, Via juga mengangguk membenarkan. Rena berpikir, apa yang ia sukai ya?
"Lima menit lagi bel, Ndah, anterin gue ke WC dulu, yuk!"
Indah mengangguk, sesaat sudah menaruh tasnya di bangku lalu bergegas mengikuti Via yang sudah berdiri dan meninggalkan Rena yang kini melamun memikirkan apa yang ia sukai untuk menemukan bakatnya.