"Nanti kalau lo udah ketemu bakat lo, nanti kita kumpulin bareng-bareng ya?"
Rena hanya mengangguk menjawab ajakan Fika. Ia sekarang saja masih bingung apa bakatnya.
Tidak lama bel berbunyi memecah lamunan Rena akan apa yang ia sukai. Murid-murid yang berada di luar kelas juga mulai memasuki kelas X-4. Terlihat Bu Wiwik, guru fisika yang terkenal selalu datang ke kelas tepat waktu sudah memasuki kelas X-4.
Pandangannya yang teduh di balik kacamata putihnya membuat Rena teringat akan sesuatu. Ulangan harian.
Rena mendadak heboh di tempat. Ia tidak belajar semalam. Belajar saja nilainya di bawah rata-rata apalagi tidak belajar.
"Selamat Pagi," Sapa Bu Wiwik sambil tersenyum. "Seperti janji Ibu minggu kemarin hari ini kita ulangan harian. Kumpulkan buku paket dan buku tulis kalian di meja ibu. Kita akan mulai ulangan."
Rena menghela napas pasrah. Ia lalu mengikuti instruksi Bu Wiwik, mengumpulkan buku paket dan buku tulis fisika miliknya.
"Good luck, Rena!"
Cleo tersenyum saat dia sudah menaruh bukunya dan hendak kembali ke bangkunya. Rena menahan kesal. Jelas itu bukan ucapan semangat, Rena tahu betul itu ledekan. Rena cepat-cepat menaruh buku paket dan buku tulisnya di meja Guru lalu kembali ke tempat duduknya dengan perasaan kesal dan juga panik.
Bu Wiwik mulai membagikan kertas ulangan. Kertas itu di bagikan secara estapet. Rena berkali-kali mendesah putus asa. Saat kertas ulangan itu sudah di hadapannya ia semakin frustasi.
"Fik, kali ini aja, gue lihat dikit aja, ya!"
"Andwae! (Tidak)."
Rena manyun dengan jawaban Fika yang sok Korea-Korean. Tapi Rena memaklumi itu. Fika bukannya pelit tapi memberikan jawaban pada sahabatnya sama saja membuat sahabatnya itu tidak pernah berkembang. Itu alasan yang selalu Fika katakan pada Rena.
Waktu berjalan terasa begitu cepat. Sudah hampir dua puluh menit, Rena baru mengisi tiga soal dari dua puluh soal. Sedangkan waktu yang diberikan Bu Wiwik hanya tiga puluh menit.
Rena mengacak-acak rambutnya semakin frustasi. Dia berpikir jawaban apa yang harus ia tulis sementara otaknya sama sekali tidak mengingat pelajaran kemarin. Ia merutuki kenapa soalnya tidak abcd. Setidaknya meskipun kadang ia menjawab asal tapi terkadang jawabannya benar.
Ia menengok ke kanan dan kiri. Yang lain terlihat santai mengerjakan ulangan harian ini. Rena menghela napas. Ia menompang dagu lagi kembali berpikir, sambil melihat keluar jendela terlihat anak X-2 sedang olahraga di lapangan.