Hari ini hari Rabu. Dia harus eskul cheerleader. Rena menyeka peluhnya yang terus bercucuran. Setelah latihan tadi membuat dirinya tambah kelelahan.
Rena sebetulnya dari tadi pagi sudah meraskaan tubuhnya mulai lemah. Dia berpikir dirinya akan jatuh sakit. Tapi dengan sekuat tenaga ia bertekad untuk menguatkan dirinya tetap mengikuti eskul.
"Kita lanjut minggu depan ya, dan Rena, kamu masih banyak gerakan yang lupa, minggu depan kamu harus sudah ingat gerakannya."
Rena mengangguk. Ia sadar, sudah tiga minggu tapi ia masih sering lupa gerakan, ia juga tidak bisa seluwes anggota lain. Rena menghela napas. Meskipun begitu, ia menyemangati dirinya untuk lebih baik lagi.
Rena melirik Galen. Team Basket terlihat sedang istirahat. Anggota lainnya berhaburan meninggalkan aula mungkin untuk membeli makanan atau minum tapi Galen terlihat tetap di sana. Duduk di pinggir area basket sambil mendengarkan musik melalui headsetnya.
Rena tersenyum. Dia berniat ingin membelikan cowok itu makanan atau muniman. Ia masih melanjutkan misi gilanya Fika, cowok suka kalau cewek perhatian. Sebetulnya bukan hanya karna cara itu saja, setiap istirahat Galen terlihat jarang makan seperti anggota team voli lainnnya.
Rena membeli Roti coklat dan sebotol air mineral. Ia berlari cepat kembali menuju aula dan segera menyerahkan Roti dan juga air ini untuk Galen.
Setelah sampai di sana, Rena melihat Siska menempelkan kepalanya ke pundak Galen. Rena spontan membalikkan kembali tubuhnya. Ia menggigit bibir bawahnya menahan tangis.
"Ren, lo belum pulang?"
Salah satu teman cheerleader memanggil Rena. Membuat Siska dan Galen menatap Rena. Rena menjawab dengan gelengan sambil tersenyum di paksakan.
"Hai, Ren? Gue lihat tadi lo udah pulang, balik lagi ada yang ketinggalan?"
Siska bertanya, membuat Rena mau tidak mau harus kembali memutar badannya, menatap Siska dan Galen.
Rena cepat-cepat menarik tas ranselnya untuk menutupi roti dan air mineral yang tadi dia bawa.
"Iya, ada yang ketinggalan,"
Ucap Rena dusta sambil terus bersikap biasa saja. Terlihat disana Galen menatapnya dan Siska kembali menoleh ke arah Galen sambil tersenyum manis seperti biasa.
"Kamu harus dateng ya... Karna kamu akan jadi kado paling indahku."
Siska berdiri dan meninggalkan Galen lalu berjalan ke arah Rena sambil memberikan cewek itu undangan berukuran kecil bertuliskan 'Birthday Siska'.
"Jangan lupa datang ya, Ren."
Siska tersenyum dan berlalu dari hadapan Rena. Rena menatap undangan itu dan terus terngiang-ngiang ucapan Siska barusan, "Karna kamu akan jadi kado paling indahku."
Rena beralih menatap pundak Galen. Cowok itu kini membelakangi Rena, berjalan mengambil bola voli yang tergeletak di bawah net.
Rena menaruh roti dan air mineral yang tadi ia beli di dekat tempat yang tadi di duduki Galen dan segera meninggalkan aula itu.
Galen mengambil bola voli itu dan menoleh ke arah belakang. Rena masih terlihat dari sini. Galen berniat untuk kembali duduk lagi di tempat tadi, dia melihat sebungkus roti coklat dan juga air mineral disana.
Pandangannya kembali melihat pundak Rena yang sudah menjauh lalu kembali melihat Roti coklat dan air mineral itu sambil tersenyum tipis.
"Terimakasih. Kamu masih seperti dulu. Ya.. Semoga masih sama, meskipun kamu tahu aku kenapa. Semoga...."
🌸🌸🌸
"Ren, kamu sudah tiga minggu belum hapal gerakan ini? Bagian Reff itu part kamu. Ekspresi kamu juga masih datar, agak centil, Ren."
Rena kena tegur lagi oleh pelatih Dancenya. Rena hanya mengangguk patuh. Jujur saja, dia tidak bisa berekspresi seperti itu. Dilihatnya anggota lain bisa mengekspresikan dirinya saat dance tapi Rena merasa ini bukan dirinya.
"Jadi ke Timezone, kan?"