Rena berjalan gontai menuju kelas. Ia masih memakai masker untuk menutupi wajahnya. Ruam-ruam kemerahan itu sudah mengecil tidak besar seperti kemarin-marin. Menurut artikel yang ia baca efek dari merkuri itu akan hilang berbulan-bulan. Ia juga sudah mulai pakai masker alami untuk bisa menghilangkan efek krim itu.
"Fika?"
Rena berseru dalam hati. Sahabatnya itu kini berdiri di sampingnya, sama-sama ingin memasuki kelas. Mereka berdua saling tatap beberapa saat, lalu Fika berjalan menuju bangkunya tanpa menyapa Rena.
Fika duduk di kursinya dan langsung memasang headset kedua telinganya. Rena yang baru sampai di tempat duduknya melirik cewek itu yang terdiam tidak menyapanya.
Lo pasti marah sama gue, Fik.
Rena menempelkan kepalanya di meja. Tidak menghadap arah Fika. Ia memejamkan matanya sambil menggigit menahan sedih.
"Hoi Gaes, seminggu lagi batas pengumpulan buat acara akhir semester. Tulis bakat yang mau kalian tampilin nanti. Wali kelas udah marahin gue karna kalian belum mengumpulkan semuanya!"
Fahmi berucap lantang. Membuat seisi kelas mengiyakan ucapnnya.
Fahmi mengingatkan Rena akan bakatnya yang belum ia tahu sampai sekarang.
Disampingnya Fika menulis di kertas yang baru ia sobek. Fika menulis namanya dan bakat yang ia tampilkan, Dance. Rena menahan air matanya untuk keluar, Fika dulu ingin mengumpulkan bersama-sama tapi sekarang Fika sudah mengumpulkannya sendirian. Saat itu juga Rena menyadari, Fika sangat marah padanya.
Maaf, Fik.
🌸🌸🌸
Bel istirahat berbunyi. Rena ragu-ragu mengajak Fika ke kantin karna sedari tadi selama pelajaran saya Fika sama sekali tidak mengajaknya mengobrol.
Saat Rena ingin memanggil cewek itu, Fika langsung berdiri dan pergi ke luar kelas tanpa mengajaknya. Rena hanya menghela napas. Ia kini memilih perpustakaan, Rena sudah tidak berselara makan.
Rena memilih tempat duduk dekat jendela. Melihat keluar jendela yang memperlihatkan taman sekolah yang tidak begitu luas tapi begitu asri.
Rena rindu dengan Fika. Biasanya di jam istirahat dia berdua akan bercanda bersama, mengobrol, gibah, apapun. Tampak menyenangkan bersama sahabat.
"Gue kangen Fika."
"Gue kangen Rena."
Mereka berdua menoleh ke sumber suara yang mengatakan hal yang sama. Ternyata Fika berdiri di belakang Rena, pura-pura mencari buku, padahal dia sama sekali tidak niat membacanya.
Mereka berdua tampak salah tingkah. Fika memilih pergi, memperlihatkan wajah tidak suka. Rena menatap pundak sahabtnya itu yang semakin jauh.
Rena memilih mendengarkan musik di perpustakaan. Ia kangen dengan musik koplo. Karna ingin dilihat Galen, dia jadi sok-sokan dengerin musik rock. Padahal sebetulnya jiwa Rena koplo sejati.
"Nggak makan?"