Rena berjalan gontai memasuki perkarangan rumah.
"Woy, yang pakai baju putih abu-abu, lesuh amat?"
Bintang berteriak di atas genteng. Cowok itu nyengir seperti biasa membuat matanya yang sudah sipit semakin menyipit.
"Kenapa wahai anak muda? Galau?"
Bintang bertanya setelah Rena sudah duduk bersamanya di atas genteng.
"Gue udah berhenti jalanin misi ini."
"Jinjja? (Serius)"
"Iya!"
"Wae? (Kenapa)"
"Bintang, berhenti sok-sokan Korea!"
Rena berteriak membuat Bintang kaget. Rena langsung memeluk tubuhnya sambil menangis. Bintang bingung melihat sikap sepupunya itu.
"Ngapa lu? Galen beneran jadian sama Siska makanya nangis ya?" Bintang bertanya sambil menghela napas panjang, "Kenapa nasib kita sama ya? Berjuang sama-sama lalu patah hati juga sama-sama."
"Hah? Maksud lo, Bin?"
"Maksud gue? Lo nangis karna Galen jadian sama Siska, kan?"
Rena menggeleng, "Bukan. Kenapa lo ngira gitu?"
Bintang menghela napas lagi, "Gue kirain nasib kita lagi-lagi sama. Karna Nanda udah punya pacar, pacarnya fanboy. Sia-sia perjuangan gue selama ini."
Rena merangkul cowok itu. Bintang kini menyandarkan kepalanya di pundak sepupunya itu.
"Gue turut prihatin dengan kisah cinta lo yang berakhir seperti ini."
Bintang mengangguk, "Kalau bukan karna Galen jadian sama Siska terus kenapa lo galau?"
Rena melepas rangkulannya dan kembali memeluk kedua lututnya.