Saat bel masuk berbunyi tadi, Fika memutuskan menulis di secarik kertas kepada Rena, meminta cewek itu pulang bareng dengannya dan ada sesuatu yang harus ia bicarakan.
Sepanjang perjalanan di angkutan umum mereka berdua hanya diam. Biasanya mereka berdua paling rusuh dan heboh tidak peduli penumpang lain akan terganggu atau tidak. Sekarang mereka berdua sudah berada di atas genteng rumah Rena. Sebetulnya niat Rena ingin berbicara di teras depan rumahnya saja. Tapi karna ada bintang cowok itu mengusulkan untuk di atas genteng saja.
Fika pikir dia harus segera berbaikan dengan Rena. Dia ingin seperti dulu lagi terutama disaat Rena sedih seperti ini, Fika harus ada di dekatnya.
"Gue minta maaf," Ucap mereka berdua berbarengan.
"Aduh kompakan gitu ngomongnya neng,"
Bintang yang duduk agak jauh dari mereka berdua meledek sambil memakan kuaci. Fika menatap tajam cowok itu yang malah menawarkannya kuaci untuk Fika tidak marah.
"Gue yang minta maaf, Ren. Karna gue yang salah udah terlalu berambisi. Gue merasa ini baik untuk lo tapi ternyata gue salah."
"Gue juga minta maaf, Fik. Karna gue juga salah, terlalu menyalahkan lo. Tapi gue sadar kok, Fik sekarang. Kalau bukan karna misi lo, gue nggak akan rajin belajar, udah nggak minder lagi, dan semua hal yang akhirnya bikin gue jadi lebih baik lagi."
Mereka berdua berpelukkan. Membuat Bintang kembali meledek mereka berdua.
"Kayak Teletubbies, lo berdua!"
"Bisa diem kaga sih, lo Bin? Ini tuh momennya lagi mengharukan." Rena protes.
"Eh, sekali lo ngomong lagi, gue berhenti jadi pelatih dance lo!"
"Ye, gue juga udah nggak butuh jasa lo." Bintang tersenyum bangga.
"Hah?"
"Fik, Nanda udah punya pacar."
"Nasib lo ngenes banget, Bin."
Fika tertawa membuat Bintang melempar cewek itu dengan kulit kuaci. Fika tidak terima melempar balik Bintang dengan sepatunya tapi meleset.
"Gue kangen lihat lo berdua berantem."
"Diem!"
Fika dan Bintang kompak berteriak.