Caraku Mencintaimu

Leonora_Yue
Chapter #1

BAB 1

 

Anya Kirana Putri, gadis berusia 27 tahun termenung di tepian sungai Tabebuya yang terletak di pinggiran jalan Kota Kembang. Tempat ternyaman yang selalu ia kunjungi sebagai pelepas penat setelah seharian beraktivitas. Di namakan Sungai Tabebuya karena di sepanjang sungai tersebut di tumbuhi beberapa pohon tabebuya dengan pesona warna-warninya yang indah.

 Di bagian sudut paling ujung barisan pohon tabebuya terdapat sebuah pohon mangga yang menjulang tinggi nan besar, yang mana menjadi tempat favorit Anya. Ia seringkali duduk bergelantungan di atas pohon sambil bersandarkan dahannya yang besar. Dari atas pohon dapat terlihat hamparan luas Sungai Tabebuya, serta aliran sungai yang panjang mengalir seolah tak berujung. Hiasan warna-warni bunga tabebuya menambah indah suasana di sana. Apalagi ketika senja tiba, Sungai Tabebuya akan memanjakan setiap mata yang melihatnya.

Jika tiba waktunya berbuah, pohon mangga tersebut berbuah sangat lebat, sehingga Anya akan semakin dimanjakan di atasnya. Tak jarang perut Anya membuncit karena kekenyangan.

Selain tempatnya yang sejuk dan rindang, di atas pohon mangga tersebut Anya dapat dengan bebas melakukan apapun yang disukai tanpa merasa terganggu. Tempat ternyaman untuknya, tidak akan ada seorang pun yang mengira keberadaannya di sana.

Hari ini sepulang kerja, seperti biasa Anya tidak langsung pulang ke rumah, melainkan mengunjungi tempat yang menjadi spot favoritnya tersebut. Anehnya, kali ini ia tidak berniat memanjat pohon mangga besar itu, melainkan duduk di tepian sungai yang beralaskan rerumputan lebat nan empuk, sambil jemari tangannya sesekali dibasuhkan ke dalam arus sungai memainkan air di sana.

Ketika lelah melanda, Anya merebahkan tubuhnya dengan posisi terlentang sambil kedua tangan di tekuk menopang kepalanya. Ia memandang ke langit-langit senja dengan sekumpulan awan berwarna putih dan jingga pancaran dari  sinar matahari yang redup akan meninggalkan haribaannya.

Indah sekali ciptaanMu Ya Robb.. Aku pun berharap hidupku juga demikian

Tak berapa lama ia memejamkan mata, terlintas bayangan sang mama menghampiri. Anya tertegun lalu membuka matanya, kembali hatinya merasa kalut.

Haruskah aku memberitahu mama sekarang? Atau aku harus menunggu waktu yang tepat.

Anya mencoba menenangkan diri, akan tetapi rasa gundah di dalam hatinya belum juga mereda. Hari ini untuk pertama kali ia beranikan diri mengambil keputusan besar dalam hidupnya. Sudah sekian lama keinginan tersebut ia pendam. Anya ingin resign dari pekerjaannya sebagai karyawan  di sebuah bank swasta, namun keraguan selalu menyelimuti, terutama persetujuan dari sang mama.

Anya bercita-cita ingin menjadi seorang wirausahawan, akan tetapi sang mama tidak mendukungnya. Mama ingin anaknya bekerja sebagai pegawai kantoran atau pegawai negeri, karena menurut mama pekerjaan tersebut lebih menjanjikan. Bekerja santai dengan menggunakan AC duduk di ruangan tanpa perlu bersusah payah kepanasan, dan setiap bulannya menerima gaji yang cukup tinggi. Berbeda dengan berwirausaha yang harus bercapek-capek ria berjualan menawarkan produknya, yang mana pendapatannya pun tidak menentu. Selain itu tidak menutup kemungkinan akan mengalami kerugian atau bahkan gulung tikar.

Hari ini kesempatan itu datang, pengumuman program PHK (Pemutusan Tenaga Kerja) di kantornya diterbitkan.   Anya memberanikan diri mengajukan namanya.

“Nyak, gila kamu. Kamu yakin dengan keputusanmu?” celetuk Emma sahabat terdekat Anya, “Apa nanti kata mamamu? Sudah siap kamu menghadapinya?”

“Entahlah, Emma. Sebenarnya aku sendiri pun masih ragu. Tapi jujur aku sudah nggak nyaman bekerja seperti ini, aku ingin bebas. Bekerja tanpa keterikatan, dan itu bisa terwujud hanya dengan aku berwirausaha sendiri,”

“Apa nggak sebaiknya kamu bekerja sambil  menjalankan usaha sampinganmu?” bujuk Emma yang merasa Anya terlalu gegabah mengambil keputusan. Emma berusaha mengingatkan kembali sahabatnya, “Jadi pengusaha itu tantangan tersulitnya adalah ketika mbabat alas, Nyak. Memulai dari awal. Jangan sampai kamu kehabisan modal dan mengalami gulung tikar. Kalau kamu tetap bekerja, kan, enak. Gajimu bisa digunakan untuk membantu menutupi kekurangan usahamu,” Emma mencoba memberi pengertian dengan halus.

“Aku tahu dan paham betul akan hal itu, tapi sepertinya aku tidak akan bisa fokus jika melakukannya secara bersamaan,” jawab Anya sambil memasang muka memelas kepada Emma.

Emma hafal betul dengan sikap sahabatnya tersebut, jika sudah mempunyai kemauan pasti akan sulit untuk dibujuk kembali.

“Ya sudah, sepertinya tekadmu sudah kuat, hingga rayuan pulau kelapaku pun tidak kau gubris,” ucap Emma pasrah dengan pendirian Anya.

Lihat selengkapnya