Setelah menceritakan kejadian kejadian dengan Najla, Yuvan dan Arsen menertawakan Shaka. Bisa bisanya ia menggunakan tutorial dari internet untuk mendekati Najla. Shaka yang dengan sifatnya yang tidak bisa diam biasanya tidak harus berusaha keras, ia selalu menemukan caranya. Namun, kali ini ia meminta saran kepada Yuvan dan Arsen. Sebagai teman yang baik Yuvan dan Arsen memberi beberapa tips untuk Shaka.
Arsen yang notabene nya merupakan teman sekelas Najla dan orang paling ‘waras’ di antara mereka bertiga, memberi informasi mengenai jadwal pelajaran kelasnya besok. Yuvan mengeluarkan 100 kiat kiat mendekati seorang perempuan, yang bahkan tidak pernah ia gunakan karena tidak pernah pacaran atau mendekati perempuan duluan.
Keesokan harinya, sejak Shaka datang ke sekolah ia mempunyai firasat yang bagus. Ia yakin informasi dari Yuvan dan Arsen akan berhasil untuk caranya kali ini. Ia memutuskan untuk menemui Najla setelah pelajaran olahraga selesai di lapangan tenis, yang kebetulan setelah itu adalah jam istirahat jadi ia bisa langsung bergegas menemui Najla.
Saat itu Najla masih berada di lapangan tenis bersama Eryna. Dengan percaya diri yang tinggi, ia mulai melangkah mendekati Najla. Rencananya membuat Najla terpesona kali ini pasti berhasil.
“Najla.. gue mau ngomong” ucap Shaka dengan wajah datar dan tatapan meyakinkan. Kali ini ia membangun suasana yang lebih meyakinkan. Menyadari keadaan ini, Eryna pamit ke kelas duluan. Meninggalkan Najla yang tengah membereskan bola tenis yang berceceran itu sendirian dengan Shaka, walaupun sudah tidak terlalu banyak bola yang harus dipungut.
Najla langsung bertanya to the point, apa yang diinginkan lelaki dihadapannya itu kini. Shaka melangkah mendekati Najla hingga jaraknya hanya 2 langkah.
“Gue mau, besok lo nonton sama gue.” ucap Shaka melemparkan pernyataan tanpa meminta persetujuan dari Najla, sedikit memaksa.
“Besok gue ada les,” ucap Najla menolak ajakan Shaka, ia pikir hal penting apa yang akan di bahas. Mendengar jawaban Najla, Shaka bersikeras bertanya kesediaan Najla untuk besok lusa dan hari hari lainnya.
“Selasa, rabu, sama kamis gue les. Senin sama jumat gue latihan olimpiade. Sabtu gue ada kerja kelompok dan minggu gue ada janji sama Eryna.” ucap Najla panjang lebar memberi penjelasan kepada Shaka, kini ia memberi tahu jadwalnya kepada Shaka. Ia bukannya setidak suka itu dengan lelaki yang dihadapannya kini, tetapi jadwalnya memang padat.
“Hmmm... tuan putri sibuk banget, kalo gue traktir masih sibuk juga?” ucap Shaka tersenyum sambil mengusap poni Najla dan Najla hanya diam tidak merespon. Mendengar jawaban Shaka, kini Najla kesal. Entahlah, ia merasa direndahkan? Di tambah ia mengacak-acak rambutnya.
Di dunia ini siapa yang tidak mau ditraktir, pikir Shaka. Biasanya perempuan akan luluh jika rambutnya di usap dan Shaka pikir cara ini akan berhasil.
“Eits, gausah merah gitu dong pipinya,” goda Shaka. Najla hanya diam dan menyunggingkan senyuman nya. Ia berjalan perlahan ke arah Shaka, yang membuat pria itu mundur perlahan. Hingga ia hampir terpeleset karena menginjak sisa bola tennis yang masih berserekan, tapi tangannya gesit langsung mengambil tangan Najla agar tidak terjatuh. Najla menarik tangan Shaka, jarak mereka kini hanya 20 cm. Shaka mematung ia hanya melihat ke arah mata Najla, seolah tersihir ia hanya diam sepertinya otaknya berhenti bekerja saat itu juga bahkan ia sampai menahan napas.
“Seumur hidup gue, pipi gue ga pernah merah tuh,” ucap Najla dengan ekspresi datar dan Shaka masih terdiam. Mematahkan perkataan Shaka sebelumnya
“Oh iya dan gue masih tetep sibuk entah itu lo mau traktir gue atau engga. Gue masi mampu kok bayar sendiri, orang tua gue juga ngasi uang jajan. Tapi, makasih sebelumnya.” ucap Najla panjang lebar.
“by the way, kuping lo merah tuh” ucap Najla mengakhiri dari percakapan, memungut beberapa bola tenis yang tersisa dan pergi meninggalnya Shaka yang masih terdiam di tengah lapangan
Shaka masih terdiam selama beberapa detik setelah Najla pergi, entah sihir apa yang di pakai Najla. Shaka bahkan tidak berkutik dihadapan Najla. Yuvan dan Arsen yang menyaksikan kejadian itu dari jauh menertawakan tingkah Shaka.
Shaka menghampiri Yuvan dan Arsen yang masih menertawakan dirinya. Bagaimana bisa seorang Shaka hanya diam tak berkutik di hadapan seorang perempuan. Bahkan dalam perdebatan kecil pun Shaka bukan tipe orang yang mau mengalah.