Caraphernelia

Lalla
Chapter #4

#3 Badmood

Di hari minggu ini keadaan mood Najla tidak secerah hari ini, saat ini ia sedang merasa lelah. Di satu sisi ia merasa hal yang ia lakukan sekarang menyenangkan tapi di sisi lain rutinitas yang ia jalani membuatnya bosan. Rutinitas nya yang terkadang membuatnya tercekik, tugas yang terus berdatangan, jadwal harian yang selalu penuh, peraturan yang tidak masuk akal, dan masih banyak lagi.

 Berbeda dengan Najla, saat ini Shaka sedang kebingungan. Ia sedang memandangi profile line Najla, ia ingin sekali mengirimkan pesan kepada Najla tapi ia ragu. Apakah Najla akan membalas pesannya? Apakah ia akan mengganggunya? Haruskah ia mengirimkan pesan? Apa yang harus ia katakan? Darimana ia harus memulai? Menyapanya? Menanyakan kabarnya? Kenapa sangat rumit?! Akhirnya ia melempar hp nya ke kasur.

Calling’s Najla

Shaka tidak sengaja menekan tombol video call saat ia melemparkan hp nya tadi. Dari sekian banyaknya kecerobohan yang selama ini ia lakukan, kini ia tidak sengaja menyentuh fitur call. Terlebih lagi ini videocall?

“Halo?” ucap najla kebingungan karena hanya langit langit kamar yang terlihat.

“Bener kata Yuvan, kayaknya gue kena syndrome Najla. Sekarang aja gue udah mulai ngedenger suaranya.” oceh Shaka sambil ia menutup telinganya dengan bantal.

“Shaka?” panggil Najla. Ia hanya mendengar suara ocehan Shaka tanpa melihat wajahnya.

“Suaranya ga ilang ilang lagi, mana ga ada obat ‘halu’ di dunia ini ya tuhan,” oceh Shaka. Kini Ia bergulat dengan dirinya sendiri, berpikir bahwa mungkin ia perlu menemui psikiater. Ia masih belum menyadari bahwa ia sedang video call dengan Najla.

“Ngomong apa si lo? Lo video call gue cuman buat gini doang?” Ucap Najla kesal. Kini ia menyesali pilihannya sendiri karena mengangkat panggilan dari Shaka.

“Duh mana gue masi muda gini, masa udah masuk rumah sakit ji-“ ucapan Shaka terpotong. Aneh bukan jika hingga kini ia tidak sadar?

“Video call apaan?!” Shaka yang menyadari hal itu, langsung mencari hp nya.

“NAJLA?!” ucap Shaka agak berteriak. Kini ia kaget untuk yang kedua kalinya. Sayangnya, Najla lebih kaget melihat Shaka yang kaget melihat dirinya.

 “Eh maaf refleks, lo ada apa nih? tiba tiba video call gue,” ucap Shaka canggung. Tidak tau harus berkata apa.

“Lah? Yang video call duluan siapa, yang nanya siapa?” ucap Najla.

“Siapa ema—yaampun! Gue duluan yang video call? Berarti lo denger dong omongan gue tadi?!” ucap Shaka panik. Kini ia bingung dengan keadaan ini. Apakah Najla mendengar semua omongannya barusan? Apakah ia mendengar dari awal? Apa saja yang ia katakan barusan?

“Lo ngomong? Gue ga denger apa apa” ucap najla.

“Huft lega gue” ucap Shaka dengan penuh perasaan bersyukur karena Najla tidak mendengar ocehannya tadi. Bayangkan betapa malunya Shaka jika ternyata Najla mendengar omongannya tadi.

“Eitss, omongan gue belum selesai itu baru jawaban bohongnya” ucap Najla.

“Hah? Maksud lo?” ucap Shaka kebingungan.

“Jawaban jujurnya, gue denger omongan lo tadi, ya walaupun gue ga terlalu ngerti lo ngomongin apa,” jawab Najla jujur. Ia pun bingung, dalam keadaan seperti ini ia harus berbohong? Atau jujur? Ia memilih menjawab keduanya.

“Gue ga ngomong apa apa tadi” ucap Shaka menyangkal, ia yang masih tidak percaya menghadapi kenyataan yang sedang terjadi.

“Lo ngomongin syndrome? terus obat, terus rumah sakit, lo sehat kan?gue ga kaget si kalo lo sakit,” ucap Najla.

“Se-sehat lah!” ucap Shaka patah-patah. Ia sangat malu sampai bingung harus berkata apa.

“By the way, lagi ngapain La?” tanya Shaka mengalihkan topik.

“Dengerin lagu. Gara gara lo call, lagu gue berhenti. Eh lo katanya mau nunjukin tempat yang bagus buat liat sunset” ucap Najla menagih janji dari Shaka.

“Masih ada waktu sih sekarang, mau sekarang?” tanya Shaka.

“Boleh” ucap Najla.

Share-loc ya gue jemput, gue siap siap dulu. Bentar lagi otw,” ucap Shaka

“Udah gue kirim ya. Kalo rumah gue ke jauhan bilang, ntar kita ketemuannya di tengah tengah aja, biar lo ga kejauhan” ucap Najla.

“Engga kok paling 15 menit kalo ga macet” ucap Shaka.

Videocall itu berhenti dengan ucapan selamat tinggal dan hati-hati di jalan. Shaka sangat senang ia tidak menduga yang awalnya hanya sekedar ingin bertukar kabar sekarang ia malah akan bertemu dengan Najla. Kini ia sudah melupakan kejadian memalukan tadi. Ia harus bersiap, setidaknya penampilannya tidak memalukan.

Lihat selengkapnya