Di akhir pekan Arsen, Shaka, Yuvan, Eryna dan Najla berkumpul di salah satu cafe. Semenjak mereka camping, mereka menjadi lebih dekat dan sering berkumpul.
“Van gue ga habis pikir sama lo?” ucap Najla yang masih kesal dengan kejadian Chiara. Setelah kejadian itu Najla belum bertemu lagi dengan Yuvan dan akhirnya Najla bertemu Yuvan hari ini.
Sebenarnya Najla juga kesal dengan kelakuan Shaka tempo hari di lapangan, tapi mengingat chat Shaka semalam Najla tidak jadi mengungkit apa pun tentang Shaka.
“Apaan?” tanya Yuvan polos. Najla memberikan clue dengan menyebutkan nama ‘Chiara’. Harusnya ini bisa membuat ingatan Yuvan kembali kan? Karena perbuatan isengnya, ia menjadi canggung dengan Chiara.
“Hah? Lo beneran mau nonton ama gue?” tanya Yuvan masih dengan kebingungannya. Ia ingat dengan kejadian Chiara, tapi pertanyaan yang ia lontarkan bukan yang dimaksud Najla. Bukan itu poin utamanya.
“bruhh.. seriously you know what i mean” ucap Najla kesal.
“Apa nih!?” ucap Shaka sinis.
“Apa yang gue lewatkan? Kok gue gatau apa-apa? Bawa bawa Ara segala?” tanya Eryna. Kini semua tertarik dengan kejadian Chiara.
Eryna tidak tahu mengenai kejadian di kantin, tentu saja ketika kejadian itu terjadi Eryna sedang izin tidak masuk sekolah. Akhirnya Najla menceritakan kejadian di kantin dengan Chiara dan Yuvan. Setelah Najla selesai bercerita Arsen dan Eryna tertawa.
“Ga lucu woi!” ucap Najla kesal. Ia malah ditertawakan oleh teman-temannya dan raut wajah Yuvan yang terlihat seakan bangga dengan perbuatannya.
“Iya! apanya yang lucu!” ucap Shaka tegas.
“Ngapain lu van pake acara ngelus kepala Najla segala!” lanjut Shaka. Yuvan hanya tersenyum mendengarnya, lalu meminum sodanya dengan santai.
“Duh jangan sampe deh kalian cinta segitiga,” ucap Eryna masih dengan sisa tawanya.
“Lo gatau si La, dulu Shaka pake cara itu kalo lagi di comblangin,” ucap Yuvan.
“Tapi kan gue ga ada acara ngelus pala orang” bantah Shaka.
“Itu namanya variasi dalam menjiplak karya orang,” ucap Yuvan membela diri.
"Iti niminyi viriisi dilim minjiplik kiryi iring” ucap Shaka mengejek Yuvan.
“Ga bisa ngomong huruf vokal lo? Belajar ngomong dulu sana” ucap Yuvan.
“Terus lo sama Chiara gimana?” tanya Eryna, kembali ke poin utama.
“Agak canggung, gimana dong?” tanya Najla kebingungan.
“Ntar gue bantuin ngomong deh,” ucap Eryna.
Mendengar jawaban Eryna, Najla sangat berterimakasih dan agak tenang. Memiliki masalah dengan teman adalah hal yang berbeda di banding dengan masalah lain, ia paling tidak bisa canggung dengan teman.
“La katanya lo di sindir di sekolah?” tanya Arsen memvalidasi gossip yang beredar. Ia tidak sengaja mendengarnya dari anak OSIS lain ketika sedang di sekre.
Najla hanya menanggapi seadanya. Ia juga tidak yakin itu untuk dirinya atau bukan dan apa yang menyebabkan orang melakukan itu kepadanya.
“SAMA SIAPA!?” ucap Eryna dan Shaka bersamaan.
“Santai dong kaget nih gue,” ucap Yuvan sedikit tersentar mendengar reaksi temannya yang tidak terima.
Najla menggelengkan kepala, tidak tau siapa membicarakannya. Ia sendiri pun tidak mengenali orang tersebut, tapi dilihat dari momen, waktu, kejadian pun semua merujuk ke dirinya. Ditambah gossip yang beredar, ia semakin yakin sepertinya ia yang disindir.
“Wah ngajak perang tuh orang” ucap Shaka. Mendengar Shaka bersemangat, Najla segera mencairkan suasa untuk menenangkan teman temannya. Tidak meladeni adalah pilihan yang tepat baginya.
“Loh? Gabisa gitu dong!” ucap Eryna.
“Di sindir doang mah gue udh kebal” ucap Najla.