Dua minggu lagi olimpiade tingkat kabupaten akan dilaksanakan, Najla latihan olimpiade bersama Arsen dan Galang menjadi setiap hari. Shaka dan Yuvan sibuk latihan basket karena di minggu yang sama ketika olimpiade dilaksanakan, mereka juga melakukan tanding basket dan Eryna juga sibuk latihan Cheerleader.
Sembari menunggu guru pembimbing datang Najla, Arsen, dan Galang mencoba mengerjakan soal bersama. Mereka juga saling bertukar pendapat mengenai jawaban yang mereka pilih.
“Udah setengah jam dan kita baru bahas satu soal,” ucap Arsen.
“Apa kabar nanti? 200 penyataan,” ucap Najla. Terdapat 50 soal pertanyaan yang akan mereka kerjakan nanti ketika olimpiade. Setiap soalnya terdapat 4 pernyataan yang harus dikategorikan dalam bentuk benar atau salah.
“Jawab nya si cuman benar/salah doang, tapi mikirnya yang ga beres beres. Belum lagi nama-nama ilmiah,” ucap Galang. Walaupun kedengarannya mudah, hanya klasifikasi benar atau salah. Namun, dalam 1 pernyataan itu sangat rumit. Mereka harus benar-benar paham apa yang dimaksud, mulai dari bahasa ilmiah, penurunan teori, hingga konsep dasarnya harus dipahami.
Dengan progres mereka yang agak lambar, membuat mereka khawatir. Najla memutuskan untuk ke kamar mandi, menyegarkan pikirannya. Saat Najla sedang mencuci muka dan merapihkan rambutnya yang di kuncir ia bertemu dua siswi yang sepertinya anggota Cheerleader. Dua siswi tersebut menatap sinis ke arah Najla.
“Ini dia nih anaknya, yang caper sana sini cari muka ke semua orang. Temenan sama orang biar bisa numpang nama!” ucap siswi yang memiliki rambut ikal agak pirang sembari mengaplikasikan liptint.
“She’s just a piece of shit” ucap siswi yang memiliki postur badan lebih tinggi dari temannya. Najla yang sedang menguncir rambut tidak terlalu memperdulikan perkataan orang yang berada di sebelahnya. Ia hanya berfikir, ah mungkin dia sedang berbicara pada dirinya sendiri.
“hey b*tch, I'm f*cking talk to you” ucap siswi yang memiliki rambut ikal agak pirang.
“Eh? Aku? Maaf siapa ya?” ucap Najla bingung. Keadaan ini terlalu tiba-tiba.
“Halo? Najla ya? Gue Cassandra… harus banget gue kayak gitu?” sindir siswi yang memiliki rambut ikal agak pirang.
Najla terdiam. Ia lupa dengan nama Cassandra, tapi nama itu tidak asing terdegar di telinga Najla.
“Kenapa diem? Kaget? ” ucap Cassandra. Ah, sekarang Najla ingat, Cassandra merupakan salah satu nama yang disebutkan oleh Eryna. Ia disuruh untuk berhati hati dengan Cassandra, si fasciolla. Jika tebakannya benar, sepertinya teman di sebelahnya adalah Rebella.
“Ngedeketin Shaka eh besoknya ngedeketin Yuvan, Eryna harus ati ati tuh ntar ditikung temen sendiri lagi” ucap Rebella sinis.
“Bisu lo? Diem aja” ucap teman Cassandra. Memangnya ia harus bicara apa dalam keadaan seperti ini? Sepertinya kalimat yang dilontarkan Cassandra bukan kalimat pertanyaan, pikir Najla.
“Gausah sok cantik lo! Mending ngaca sana!” ucap Cassandra.
“Iya,” jawab Najla. Najla meng-iyakan perkataan Cassandra dengan harapan perbincangan ini cepat selesai karena sepertinya guru pembimbingnya pasti sudah datang. Lagi pula kini ia benar-benar sedang berkaca, apa Cassandra tidak bisa melihat itu?
Selama 5 menit Cassandra bicara ia hanya mengumpat dan memaki. Najla tidak terlalu mendengarkannya, karena sepertinya perkataan Cassandra akan memiliki pengaruh buruk bagi jiwa dan mentalnya jika terus di dengarkan.
“Udah kan? Maaf ya gue udah ditungguin, permisi,” ucap Najla sembari meninggalkan Cassandra dan temannya.
Benar saja firasatnya, guru pembimbing yang mereka tunggu sudah hadir. “Lama amat La?” ucap Galang.
“Iya tadi ngeladenin bule nyasar,” jawab Najla. Galang dan Arsen bingung dengan jawaban Eryna, bule nyasar di lingkungan sekolah?
Najla baru menceritakan kejadian ini saat akhir pekan, ketika sedang berkumpul bersama Shaka, Yuvan, Arsen dan Eryna.
“Eh La, itu bule nyasar inget ga? Gimana ceritanya tuh bule bisa ada di sekolah” tanya Arsen.
“Oh itu, Cassandra namanya, tapi gue gatau nama temennya” ucap Najla.
“Lo ga kenapa-napa kan? Temennya yang kayak gimana?” tanya Eryna memastikan.
“Gapapa dia cuman ngomong doang kok, temennya pokoknya yang tinggi” ucap Najla memberikan gambaran yang sebenarnya sangat general.
“Wah kalo temennya tinggi sudah dapat dipastikan, mereka pasti Cassandra Fasciola sama Rebella Lilith,” ucap Eryna yakin. Najla yang sedang minum langsung tersedak mendengar nama panjang Cassandra dan temannya, ia masih belum terbiasa dengan nama itu
“Itu namanya beneran kayak gitu?” tanya Arsen.
“Iya emang gitu, katanya si mereka ada keturunan eropa ato darimana lah gue lupa,” ucap Eryna.
“Tahan tahan, nama orang itu ga ada yang jelek” ucap Najla sembari memukul mukul bibirnya. “Jangan ketawa La, tahan” ucap Arsen.
“Apa cuman gue doang yang ga ngerti?” tanya Shaka.
Semua orang bingung dengan yang dimaksur Arsen dan Najla, hanya mereka berdua yang paham. “Kasih tau sen” ucap Najla. Arsen langsung menyerah, membuat semua orang semakin penasaran.
“Jadi gini... abis ini jangan ada yang hujat ato ketawa ya?” ucap Najla, tapi ia malah tertawa duluan. Mendengar ucapan Najla, Yuvan langsung mengiyakan dengan cepat
“Ayo jelasin sen” ucap Najla melempat ke Arsen agar dijelaskan ke yang lain.
“Jadi nama temennya Cassandra kan Rebella Lilith, Rebella itu kalo di kamus biologi artinya campak jerman dan nama panjang Cassandra kan namanya Fasciola, nah kalo lo nyari di kamus biologi Fasciola itu artinya genus cacing isap trematoda” ucap Arsen.