Caraphernelia

Lalla
Chapter #16

#15 Study tour

Hari ini ketika kelas 12 ujian, murid kelas 11 melaksanakan kegiatan karya wisata atau yang biasa dikenal study tour. Hari pertama di Bali, mereka sarapan di hotel dan bersiap tour di Universitas Udayana. Pengenalan mengenai kampus, jurusan, dan lain sebagainya.

Setelah aktivitas di Universitas Udayana selesai, tempat selanjutnya yang dituju adalah Garuda Wisnu Kencana Park. Disini mereka mengeksplor area budaya dan menikmati Lunch Buffet di sebuah restaurant. Sayangnya, mereka sudah harus pergi. Sehingga belum bisa melihat pertunjukan tari kecak yang baru dimulai sekitar pukul 6 sore.

 Kini mereka dalam perjalanan menuju Pantai jimbaran. Makan malam dengan pemandangan sunset. Bahkan suasana dengan lampu-lampu di area outdoornya saja sudah sangat memukau. Ditambah hidangan yang menggugah selera.

Yuvan dan Shaka sibuk menjahili Arsen, ia menguburnya dalam pasir dan meninggalkannya. Eryna dan Najla menertawakan tingkah Yuvan, Shaka dan Arsen. Mereka juga bermain air.

Najla baru pertama kali menikmati sunset di pantai, ternyata menyenangkan. Pemandangan dramatis yang baru pertama ia lihat, pasir putih dengan suara deburan ombak yang tidak terlalu kuat, langit berwarna oranye dan matahari yang terlihat berwarna merah dengan pantulan cahaya langit di air laut.

Shaka lagi-lagi salah fokus dan malah menatap Najla. “Sunset nya disana, kenapa malah liat kesini” ucap Najla yang mulai menyadari bahwa ada seseorang yang sedang memperhatikan dirinya.

“Aku juga lagi liat sunset” ucap Shaka. Najla bertanya bingung, dimana sunset yang senarnya Shaka lihat sedari tadi.

 “Dimata kamu” ucap Shaka.

“Gombal teros!” ucap Yuvan memprovokasi.

Jam menunjukan pukul enam, matarahi sudah terbenam sepenuhnya. Sudah waktunya meraka kembali ke hotel, acara bebas dan istirahat

Pada hari kedua, aktivitas di mulai dengan sarapan di hotel pada jam 8. Kini tujuan pertama adalah Ubud palace dan Ubud Monkey Forest, mereka ‘disambut’ dengan kehadiran para monyet yang riang. Disini juga bisa membeli oleh-oleh kerajinan dari penduduk local.

 

Jam menunjukan pukul 4 sore, Pura Tanah Lot berada di atas bongkahan batu karang dan di tengah-tengah laut. Najla agak takut ketika sedang jalan jalan di atas tebing menuju pura yang letaknya di ujung tebing, di sampingnya laut terlihat jelas. Air yang terlihat begitu banyak, ombak yang besar, ramai dengan wisatawan, angin yang berdesir cukup kencang dan tempat yang lumayan tinggi membuat Najla selalu memegang tangan Eryna.

Samar-samar tercium wangi dupa di beberapa tempat. Angin yang berhembus kencang membuat rambut Najla berantakan, ia melepas tangan Eryna untuk merapihkan ikatan rambutnya. Setelah itu, ia berpegangan tangan kembali. Najla merasa takut dengan air yang sangat banyak tapi di sisi lain, ia sangat kagum dengan pemandangan yang berada di hadapannya sekarang.

Tapi, ia merasa ada yang berubah, bukan suasana hatinya. Melainkan tangan yang sedang ia genggam, tangan yang ia genggam lebih besar dari sebelumnya. Apa mungkin ini salah satu dari reaksi memuai? Ia menatap orang di sebelahnya dan yang ia dapatkan bukan tangan Eryna yang sedang ia genggam. Bukan Shaka. Bukan Yuvan. Bukan juga Arsen. Tapi, seorang wisatawan asing laki laki yang sedang menatap ke arah Najla.

I think you may have identified the wrong person?” ucap sang bule, Najla langsung melepaskan genggaman tangannya.

Sorry, i didn’t mean to. I thought you were my friend, because she had been next to me,” ucap Najla meminta maaf.

Lihat selengkapnya