Esok paginya, matahari pagi masuk jendela kamar baruku untuk membangunkanku dan membuat lelahku sirna seketika saat melihat pancaran cahayanya.
“Cardiff sunshine, good morning!”, ku sapa diriku pagi itu.
Sepertinya kemarin pandangan mataku tidak seperti ini ketika melihat keluar jendela. Aku teringat melihat cahaya matahari memasuki jendela kamarku di Jakarta pada hari keberangkatanku ke UK. Ketika aku mendekati jendela, secara bersamaan mata dan telingaku menjadi sinkron karena melihat dan mendengar abang tukang roti dan sepedanya lewat di depan rumahku. Ketika aku menoleh ke kasurku, kulihat suamiku dan bayi kecilku masih tertidur. Namun, kali ini berbeda karena ini matahari Cardiff.
Pagi itu aku dan Mila harus mengosongkan barang-barang yang masih ada di mobil, mengembalikan mobil sewaan ke bandara Cardiff Airport dan membersihkan flat. Saat sedang bebersih, kami jadi menyadari beberapa kerusakan yang dimiliki flat antara lain flush wc tidak berjalan sempurna, pintu kamar mandi tidak dapat dikunci serta adanya beberapa lampu yang tidak menyala. Aku kemudian menelepon agen flat dan meminta bantuannya untuk diperbaiki.
Mila dengan sangat telaten membantu aku membersihkan oven yang sangat kotor dipenuhi dengan minyak (grease), saking kotornya sudah menumpuk dan berkerak. Ia menggunakan cairan kimia khusus pembersih oven yang kami temui di supermarket kemarin malam. Kami sangat lelah membersihkan flat seharian. Sepertinya masih tetap saja kotor. Aku beruntung ia ada disini untuk membantuku. Ia berencana untuk menemaniku sekitar 2 bulan di Cardiff sambil melamar pekerjaan di Indonesia secara online.
Mila Arzeta adalah adikku satu-satunya. Kami memiliki selisih umur 2 tahun. Aku adalah anak tertua di keluargaku. Mila memiliki tinggi 170 cm, lebih tinggi 10 cm dariku. Ia cantik, pintar, berambut panjang, aku terkadang iri dengannya. Kulitnya pun berwarna lebih terang daripada kulitku. Rambut kami lurus, tetapi rambutku selalu pendek dan tidak bisa dipanjangkan. Hal ini dikarenakan karakter rambutku yang lebih lembut, lemas dan lebih rontok daripada Mila. Jika rambutku dipanjangkan maka akan terlihat sangat lepek.
Aku merasa orangtuaku lebih sayang kepadanya. Ia diperbolehkan orangtua kami untuk melanggar 2 aturan besar yang dibuat sendiri oleh ibu & bapak. Aturan inilah yang mengkontrol dan membatasi hidupku yaitu:
1) Tidak boleh punya pacar di bangku SMA.
2) Tidak boleh bersekolah di Luar Negeri jika belum menikah.
Ya begitulah, Mila diperbolehkan untuk melanggar keduanya. Ia memiliki pacar semenjak SMA dan diperbolehkan sekolah S2 di Lancaster walaupun belum menikah.
Kami berasal dari keluarga dengan tingkat ekonomi menengah-sederhana, cenderung irit. Hal ini wajar karena orangtua kami memiliki latar belakang pendidikan ekonomi. Bapak adalah orang Sunda lulusan Ekonomi dan bekerja sebagai PNS (Pegawai Negeri Sipil). Sementara ibu adalah orang Jawa lulusan Akuntansi dan bekerja sebagai akuntan perusahaan swasta. Mereka bertemu ketika sama-sama kuliah di Bandung.
Aku tidak paham mengapa kedua ortuku lebih baik terhadap Mila. Apakah mereka melonggarkan aturannya sendiri karena ketika mereka menghadapiku semasa SMA mereka masih idealis, anak pertama harus sempurna dan taat aturan. Ataukah karena mereka lebih overprotected terhadap anak pertamanya dan lebih cuek terhadap anak keduanya. Ataukah karena memang aku bukan anak kandung mereka melainkan anak pancingan (pungut). Aku tidak pernah tau alasannya. Aku pun tidak pernah menanyakannya kepada mereka. Biarlah itu menjadi pertnyaan dalam hidupku yang tidak terjawab, tidak lagi dipertanyakan dan diikhlaskan untuk dijalani.