Perhatian kepada seluruh penumpang Korean Airlines dengan nomor penerbangan 923 tujuan Jeju agar bisa segera menaiki pesawat melalui pintu A23. Terima kasih.
Pengumuman dari suara seorang wanita mengisi ruang tunggu di bandara, bersaing suara dengan suara ribut lainnya dari berbagai orang yang berada di bandara itu.
“Bangun! Pesawatmu sudah akan berangakat!” Cherry menarik Carla dari bangku tunggu bandara
Siraman satu ember tadi pagi akhirnya bisa membuat Carla bangun dari tempat tidur itu dan terpaksa membuatnya berganti pakaian. Tidak hanya itu saja, dengan bantuan dari suaminya, Cherry berhasil menarik paksa Carla naik mobil dan sekarang Carla akan dikirim untuk pergi agar tidak terus menerus meratap seperti orang mati.
Hoodie kebesaran dengan celana jeans sobek, hanya itu yang dibawa Carla masuk ke dalam pesawat.
“Dengarkan aku, sampai di sana akan ada orang yang menjemputmu. Kopermu dan segala keperluanmu yang lain sudah dipersiapkan jadi kau hanya harus terus bersama dirimu.”
Carla tidak nampak sadar sepenuhnya, ia hanya mengangguk dan berjalan masuk menuju pesawat.
“Apa kau yakin dia akan baik-baik saja?” tanya suami Cherry sambal merangkul istrinya.
“Aku tidak yakin, bahkan akan pergi ke mana saja aku tidak yakin gadis itu menyadarinya.”
***
Di dalam pesawat kelas bisnis itu Carla hanya diam saja sambil memandang keluar jendela.
“Selamat siang, aku membawakan makan siangmu.” Seorang pramugari menghampiri Carla sambil membawa nampan berisi makanan.
Tidak mendapatkan jawaban ataupun respon dari Carla membuat pramugari itu nampak bingung.
“Kau bisa letakan makanannya saja di depannya.” Seorang pemuda di bangku sebelah Carla bersuara dan langsung diiyakan oleh sang pramugari.
“Selamat menikmati.” Ucap pramugari itu dan langsung pergi dari tempat itu.
Pemuda tadi hanya kembali memandang sekilas pada Carla kemudian kembali fokus pada buku yang ia pegang.
Setelah 1 jam perjalanan yang tidak terlalu panjang, pesawat mendarat dengan mulus. Carla dan penumpang lainnya keluar dari dalam pesawat. Ada yang langsung pergi sendiri, ada yang dijemput dan Carla hanya berdiri tidak tahu harus ke mana. Ia meraba saku celananya dan tidak menemukan apa-apa, tidak ada handphone ataupun uang. Ia hanya memegang tiket pesawat yang tadi pagi kakaknya berikan.
“Carla? Kim Carla?” suara orang dari belakang yang memanggil namanya membuat ia menoleh dan seorang pria dengan jaket kulit dan sebuah tas selempang hitam menghampiri dirinya.
“Nona Carla? Benar, bukan?”
Carla hanya mengangguk kecil.
Pemuda itu langsung menjulurkan tangannya, “Park Eun Ho. Aku ada orang yang akan menjemputmu dan mengantarmu ke tempat tujuan.”
Carla hanya mengangguk lagi.