“Pesankan tiket ke Seoul sekarang.” Eun Ho ucap melalui telepon.
***
Sepulang dari Jeju Peace Park, Carla langsung beranjak menuju kamar hotelnya dan langsung merapikan barang-barangnya masuk ke dalam koper. Tidak banyak yang ia bawa, tapi cukup berantakan karena tadi ia membongkar semua isi kopernya untuk mencari handphonenya.
“Tok… tok… tok…” Eun Ho mengeluarkan suara mengetuk pintu di depan kamar Carla yang memang tidak tertutup. Nampaknya Carla sangat kesal hingga yang ia ingat hanyalah cepat pergi dari tempat ini.
Carla tidak menjawab dan hanya menoleh dengan tatapan matanya yang tajam, seperti mengatakan apa maumu sekarang!
“Aku akan menunggu di lobby jika kau sudah siap segeralah turun dan kita akan segera berangkat.” Eun Ho yang sudah menghilang dari balik pintu tiba-tiba muncul lagi, “Tutup pintumu jika kau masih bersiap-siap. Tidak enak dipandang tamu lain.”
Bahkan disituasi yang tidak menyenangakn ini Eun Ho masih saja terus bercanda. Ya mungkin maksudnya untuk mencairkan suasana yang ada. Bagaimanapun juga Eun Ho adalah seorang tour guide dan tentunya sudah menjadi keahliannya untuk membangun suasana baik dan menyenangkan agar kliennya bisa menikmati setiap perjalanan dengan nyaman. Walau sedikit berbeda dengan tour guide lainnya, karena agen perjalanan di mana Eun Ho bekerja fokus kepada perjalanan untuk bisa memulihkan diri dari suatu kejadian traumatis.
Road to Find adalah agen perjalanan yang cukup terkenal namun tidak begitu mudah mengaksesnya. Tidak semudah membuat janji dengan agen perjalanan pada umumnya karena ini bukan liburan semata. Ini adalah perjalanan menuju proses pemulihan. Tidak bisa sembarangan rencana perjalanan dijalankan, karena setiap orang berbeda, luka yang dialami dan kapasitas diri untuk menanganinya.
Beruntung, kakak Carla memiliki akses orang dalam di sana. Koneksi adalah hal yang penting dalam hal apapun di dunia ini, ingat itu! Seorang teman dekatnya bekerja di sana dan membantunya untuk merancangkan perjalanan ini untuk Carla dan di sinilah Carla sekarang, duduk manis di dalam pesawat yang membawanya terbang kembali menuju Seoul.
“Selamat malam, ini adalah makan malam Anda.” Seorang pramugari datang dan menyajikan makanan di hadapan Carla. Mendadak kembali ke Seoul membuat mereka tidak mendapatkan tiket yang di siang hari.
“Terima kasih,” jawab Eun Ho.
Kali ini Carla tidak duduk sendiri karena di sebelahnya duduk Eun Ho yang sudah menikmati makanannya.
“Kau harus makan.” Ucap Eun Ho sambil mengunyah makanannya, “makanan pesawat tidak seburuk rumah sakit.”
Carla hanya bergeming.
“Wah, aku benar-benar tidak mengerti, beberapa jam yang lalu kau sangat bertenaga untuk memarahiku, tapi kemudian kau kembali menjadi diam dan tak tersentuh.”
Carla menurunkan penutup matanya, “tidak bisakah kau diam dan makan saja dengan tenang?”
“Andwae![1]” Eun Ho menaikan kembali penutup mata Carla. “Kau harus makan atau tidak aku tidak akan berhenti menganggumu, masih ada 30 menit lagi. Waktu yang cukup untuk membuat orang kesal, bukan?”
Carla menahan amarahnya, “Akan kupastikan kau mendapatkan penilaian yang buruk setelah ini.”
***
“Kita sudah sampai di Seoul, jadi berikan kembali handphone dan dompetku.” Tegas Carla tanpa berbasa-basi.
“Bukankah sudah kukatakan bahwa aku tidak memegang dompet maupun handphonemu,”
Carla membuang nafas perlahan mencoba mengatur emosinya, “kalua begitu segera telepon kakakku dan minta ia untuk menjemputku.”
“Tidakkah lebih baik jika engkau beristirahat saja di hotel? Bukankah tidak sopan menganggu kakakmu malam-malam begini?” tawar Eun Ho
“Bukankah lebih tidak sopan jika kau tidak memenuhi keinginan klienmu yang sudah membayarmu?”
Eun Ho tidak bisa membantah ucapan Carla lagi sehingga ia memanggil mobil dan tentunya itu adalah mobil perusahaan. Eun Ho tidak mengantar secara pribadi karena ia hanya akan membuat Carla tidak nyaman. Malam ini Carla harus bisa lebih tenang dan agar hal itu terjadi Eun Ho harus menjauh sejauh mungkin dari pandangan Carla. Eun Ho sudah mengetahui alamat kakak Carla dan pihak dari perusahaan yang akan mengantarkannya.
Tidak ada sambutan meriah begitu Carla sampai dan ia juga tidak mengharapkan ada sambutan apapun, tanpa banyak berbicara Carla juga langsung menuju kamar tamu yang memang biasanya selalu Carla pakai ketika ia datang ke rumah kakaknya.
“Apa kau tidak ingin mengatakan apapun?” Cherry masuk ke kamar dengan membawakan segelas jeruk hangat.
“Bukankah kau yang harus memberikan penjelasan tentang apa yang terjadi.” Ucap Carla yang meringkuk membelakangi kakaknya.
“Minumlah dan tidur. Aku yakin kau butuh istirahat.” Cherry memilih diam dan tidak memberikan jawaban yang Carla mau, lagipula sekarang ini semua penjelasan apapun itu akan dibantah oleh Carla, jadi lebih baik diam.
***
“Kau sudah bangun?” Cherry sedang Menyusun piring di meja makan untuk sarapan.
“Kau berhutang penjelasan kepadaku.”
Cherry mengangkat bahunya, “oke, tapi aku ingin sarapan dengan damai terlebih dahulu.”
Carla mengangguk setuju, suami dan anak-anak Cherry tidak perlu mendengarkan keributan yang mungkin terjadi dan tidak boleh di pagi hari.
***
“Jadi, apa maksudmu mengirimku ke agen perjalanan seperti itu?” Carla langsung menuntut jawaban.
“Aku ingin membantu, Carla.”