“Aku sangat lelah dengan semua ini, ikut denganmu membuat perasaanku tidak menjadi lebih baik sedikit pun. Sedih, kesal, marah, semuanya terlalu membuatku lelah. Aku ingin berhenti.”
Carla pergi menjauh, seperti yang ia katakana, ia ingin berhenti dan ia lakukan sekarang. Memanggil taksi dan langsung pergi ke bandara. Terbang kembali menuju London, bersikap seolah semuanya baik-baik saja dan ia akan kembali ke kehidupan lamanya. Tentu saja mengejar impiannya yang ada di depan mata.
Carla tinggal sendiri di London, menyewa sebuah apartemen untuk dirinya sendiri, tapi lebih sering apartemen itu hanya menjadi sebuah gedung atas namanya tapi tak ia tinggali. Kantor justru menjadi rumah pertama bagi Carla. Bekerja di sana hingga ketiduran dan kembali bekerja. Tidak ada yang berani menyinggung kehidupannya yang seperti itu karena semua selalu beres ditangan Carla dan hanya itu yang perlu diketahui oleh bosnya di tempat ia bekerja.
“Carla, aku turut bersedih atas apa yang menimpamu,” seorang wanita paru baya menhampiri dan memeluk Carla begitu ia melangkahkan kakinya masuk ke dalam kantor.
“Thank you ma’am,” Carla membalas pelukannya.
“Aku harap sekarang kau baik-baik saja dan bisa untuk melanjutkan apa yang kau tinggal sebelumnya.” Secukupnya bersimpati dan kemudian kembali kepada dunia pekerjaan. Kejam? Tidak, itu normal untuk dunia pekerjaan yang keras ini. Tidak akan bisa berdiri di titik yang setinggi ini jika tidak memulai sikap seperti itu.
Ma’am yang disebut Carla adalah bosnya dan juga menjadi salah satu panutannya dalam bekerja di dunia fashion ini. Jika tidak keras pada dirimu sendiri maka tidak akan ada cambuk lain yang bisa mendorongmu maju setinggi langit. Motto yang Carla pegang sejak masuk pertama kali di perusahaan fashion majalah tersebut, berawal hanya menjadi asisten editor majalah hingga akhirnya Carla bisa berdiri menjadi salah satu designer.
Carla masuk ke dalam kantornya, sebagai pegawai yang sangat berprestasi Carla mendapatkan satu ruangan untuk dirinya sendiri dan di sininya dunia kecil Carla. Hanya berputar pada pekerjaan dan pekerjaan.
Aku akan baik-baik saja, pekerjaan menyelamatkanku dulu dan sekarang pekerjaan akan kembali menyelamatkanku.
***
Hari 1
Carla terlalu malas untuk kembali ke apartemennya karena terlalu banyak pekerjaan yang ia tinggal. Selain targetnya untuk enam bulan lagi, Carla tentunya punya deadline lainnya yang harus ia kerjakan sebagai kepala editor sekarang.
“Car, kau tidak pulang?” sebuah kepala muncul dari balik pintu.
Carla tersenyum melihat siapa yang datang, “Katherine!”
“My sweetie Carla, aku tidak melihatmu kembali.” Katherine salah satu pekerja yang juga merupakan teman baik Carla selama ia bekerja.
“Aku pikir aku akan mengurung diri beberapa hari di sini untuk mengejar apa yang tertinggal.”
“Kalau begitu kau membutuhkan ini,” Katherine mengangkat sebuah plastic dan dari sana tercium aroma burger yang langsung mengoda perut Carla. “Aku tidak ingin menulis artikel seorang kepala editor mati kelaparan di kantornya sendiri.”
Carla tertawa, mungkin ini kali pertama Carla kembali tertawa setelah kematian ibunya.
“Kau akan baik-baik saja sendirian? Aku harus pergi menemui Alex,”
“Tentu saja, pergilah dan berkencan, aku akan baik-baik saja.”
“Oke kalau begitu, bye sweetie.”
Carla merengangkan tubuhnya yang sudah seharian hanya duduk di balik mejanya. Ia mulai memutar kursinya yang beroda itu, sedikit beristirahat dan padangannya melihat ke arah mejanya, lebih tepat kepada jam analog di atas mejanya. 22.00. Carla segera bangun dan membalikkan jam itu.