Tidak. Tidak. Aku yakin tidak berhalusinasi. Wanita itu nyata. Kalau tidak, mengapa aku bisa membayar kamar hotel? Dari mana aku punya uangnya? Jadi, jelas wanita PSK itu benar-benar ada
Mungkin, laki-laki itu-lah klien yang dibicarakannya. Mungkin, dia memergoki kami tidak tidur bersama. Dia lalu marah dan membatalkan tantangannya. Si lelaki dan wanita PSK itu kemudian bertengkar, dan aku pun mungkin juga ikut tak terima karena gagal mendapat uang. Mungkin lagi, kami bertengkar hingga aku atau si wanita, atau malah dua-duanya menikam si lelaki hingga tewas. Namun karena mabuk, aku teler di ranjang alih-alih melarikan diri seperti yang dilakukan si wanita.
Ya, pasti begitulah kejadiannya. Tak ada kronologi yang lebih masuk akal dari ini. Aku menerangkan buah pikiran itu kepada David, tetapi sekali lagi dia tidak mempercayaiku. Katanya kesaksianku akan dicabik-cabik oleh para polisi nanti ketika menginterogasi. Aku akan diminta membuktikan keberadaan wanita itu yang tentu saja mustahil. Nomor teleponnya menghilang dari riwayat panggilanku secara ajaib. Satpam bar juga menyangkal telah mengenalkanku pada wanita itu. Aku terjepit dan akhirnya mereka akan curiga kepadaku.
"Lalu, aku harus bagaimana?" tanyaku frustrasi.
"Jangan bilang apa-apa tentang wanita PSK itu. Kau akan dianggap berbohong karena mereka nggak melihat adanya orang lain yang bersamamu pada rekaman CCTV hotel."
Aku merenung, memikirkan siapa yang mungkin melihat wanita itu bersamaku. Saat menurunkannya di depan warung aku yakin penjaga warung itu pasti melihatnya. Namun, aku tidak terlalu yakin karena si penjaga warung bisa saja tak melihat. Sama sepertiku ketika menjaga toko, tak jarang aku ketiduran, atau bermain ponsel sampai mengabaikan sekitar dan membiarkan para pembeli menyapaku duluan. Waktu itu si wanita PSK tidak membeli alkohol di warung tersebut. Jadi sudah pasti dia tak melihatnya bersamaku.
Anehnya warung kelontong tempat aku menurunkan wanita itu menjual minuman legal. Kalau begitu, di mana wanita itu mendapatkan alkohol? Tidak mungkin di sana, kan? Apa ada warung lain khusus menjual minuman keras di daerah itu? Aku sungguh tak tahu dan aku tak mau ambil risiko.
Selain penjaga warung, aku yakin orang-orang bar juga melihatku. Namun, apa mereka bakal ingat tentang aku dan wanita PSK itu? Tentu saja tidak, karena aku pun tak ingat siapa-siapa saja yang minum di bar itu. Aku tak kenal. Namun, tunggu dulu. "CCTV bar pasti menyorotku dan wanita itu."
"Terlambat," kata David.
Aku mengernyit. "Apanya?"
"Biasanya, CCTV akan disetel ulang setelah dua hari. Ini sudah hampir seminggu."
"Tapi itu kan biasanya. Gimana kalau bar menyetel ulang CCTV seminggu sekali," kilahku.
"Oke," kata David akhirnya, "tapi gimana kalau nggak? Lagian apa kamu yakin para polisi itu bakal percaya dengan bukti lemah itu?"
Aku diam saja.