Beberapa hari setelah ujian, anak-anak kelas 3 sudah bisa bernafas sedikit lega sebelum akhirnya memutuskan masa depannya. Entah akan kuliah atau bekerja, semuanya memiliki tantangannya masing-masing. Dan hal yang bisa dilakukan hanya hadapi, jalani, dan nikmati.
Sejak pertemuannya dengan Aditya di warung bakso itu, Kayla dan Adit pun semakin dekat saja. Saling berkabar via SMS dan antar-jemput sekolah hampir setiap hari. Tak lama kemudian mereka memutuskan untuk pacaran. Kayla pun segera menceritakannya pada Mamanya. Mengingat Kayla memang tak pernah menyembunyikan apapun pada Mamanya itu. Orang tuanya adalah sahabatnya. Dan tentu saja nggak akan ember seperti teman-temannya.
“Ma, Kay mau cerita."
"Cerita apa?"
"Kay lagi deket sama teman SMA, nih!”
“Siapa? Kok nggak pernah main ke sini?”
“Baru aja dekat, Ma. Tapi, kalau aku ajak main ke sini boleh, kan?”
“Boleh. Mama malah nggak suka kalau kamu mainnya kemana-mana. Di sini kan ada Mama, ada Bi Ijah yang bisa ngawasin. Kalau di luar siapa?”
“Hehehe, iya deh. Kapan-kapan aku ajak dia, ya?"
"Terserah, Kay aja."
Seminggu kemudian, Kayla membawa Aditya ke rumah untuk bertemu dengan Mamanya.
“Ma, ada Adit nih!”
Mamanya pun segera turun dari lantai atas menemui Aditya.
“Oh, ini yang diceritain Kay. Manis juga kamu.”
“Hehehe. Bisa aja, Tante. Maaf ya, Tan. Saya cuma bawa ini," ucap Aditya sambil menyodorkan sebuah kantong plastik hitam berisi makanan.
“Nggak apa-apa, malah repot-repot bawa makanan segala. Yaudah, ayo sini-sini makan dulu!”