Catatan 20 Tahun

Chin Pradigta
Chapter #4

Perjalanan Menuju Bali

*Stasiun Yogyakarta

Udara dingin menyelimuti malam di Jogja. Segera Kayla masuk ke dalam kereta dan mencari tempat duduknya. Tak menunggu lama suara mesin uap kereta berbunyi, tanda kereta akan segera berangkat.

Kayla duduk di dekat jendela dengan headphone yang masih terkalung di lehernya. Rambut terikat, sweater putih, celana jeans, dan sepatu sneaker adalah style favorit ketika ia travelling. Kali ini ia akan melakukan perjalanan jauh dari Jogja ke Banyuwangi. Mumpung ini masih masa liburan, ia ingin mengunjungi kakaknya, Rossa, yang sedang bertugas di RSJ Bali.

Perjalanan Jogja-Banyuwangi memakan waktu 12 jam lebih. Tentu ini sangat melelahkan dan membosankan. Apalagi di malam hari kereta sepi dengan penumpang. Sunyi dan penuh dengan kesibukan orang-orang yang suka menyendiri dan menghabiskan waktunya untuk menyelami alam mimpi.

Untuk mengurangi rasa bosannya, untung saja Kayla membawa notebook kesayangannya. Ia memang biasa menulis novel di sela-sela waktu yang ada. Tak terkecuali meski harus menulisnya di atas kendaraan.

Menulis adalah caranya menyelami dunia tanpa harus menginjak tanahnya.

Paragraf demi paragraf begitu cepat ia ketikkan. Sesekali ia tertidur sebentar, lalu melanjutkan menulis lagi. Sampai-sampai ia tak sadar malam telah begitu larut. Semakin pekat malam, semakin banyak bintang yang bermunculan. Sayangnya Kayla tak paham akan rasi bintang, sehingga ia tak mampu menerka apa bentuknya. Ia hanya mampu melihat dan menikmatinya saja.

 

*Stasiun Surabaya

Saat itu kereta berhenti sebentar di Stasiun Surabaya. Tiba-tiba ada seorang pemuda tampan yang duduk di hadapannya dan menyapanya dengan senyuman. Pemuda itu memakai hoodie hitam dengan celana jeans dan rambut gondrong sepundak.

“Permisi, ya.”

“Iya, silakan!”

Untung saja Kayla sudah punya pacar. Kalau tidak bisa-bisa ia jatuh hati pada pemuda tersebut. Seperti biasa, Kayla yang hilang urat malunya ini menyodorkan tangannya memperkenalkan diri.

“Hai, aku Kayla!”

Pemuda itu pun kaget melihat seorang gadis yang begitu percaya diri ini. “Oh, iya. Aku Bara,” dengan suara yang sopan pemuda tersebut memperkenalkan diri.

“Mau ke mana?”

“Ke Banyuwangi. Kamu?”

“Sama dong. Aku juga mau ke Banyuwangi. Lebih tepatnya mau ke Bali, sih.”

Lihat selengkapnya