*Pelabuhan Ketapang
Setelah selesai makan, 30 menit lagi kapal akan segera berangkat. Mereka pun segera menuju ke pelabuhan dan membeli tiket. Kebetulan minggu-minggu itu masih sedikit penumpang, sehingga tidak perlu mengantre panjang dan berdesak-desakan.
Berbeda dengan Kayla yang memilih tidur saat berada di kapal, Bara memilih pergi ke luar untuk menikmati udara segar dan mengamati ombak yang bergantian menghantam badan kapal. Laut selalu mengingatkannya pada kekasihnya. Bara dan kekasihnya itu seminggu sekali selalu menyempatkan untuk pergi ke pantai melepas kepenatan mereka.
Setelah kurang lebih satu jam, akhirnya mereka sampai juga di Bali. Bara segera membangunkan Kayla yang sepertinya begitu lelah setelah perjalanannya dari Jogja.
“Kay, udah sampai.”
“Hoaamm... Iya, Kak,” sambil mengusap-usap wajahnya.
Mereka pun segera mengemasi barang dan bergegas turun. Di sana sudah ada salah satu teman Bara yang menjemputnya.
“Kayla nggak mau bareng aku aja? Aku anterin.”
“Enggak, deh, Kak. Ngerepotin Kak Bara terus. Aku nanti bisa minta jemput kakak aku aja, kok.”
“Beneran, nih?”
“Iya, Kak. Santai aja. Terima kasih traktirannya, ya, Kak.”
“Sip, deh. Ini aku kasih kartu nama aku. Kalau perlu bantuan apa-apa boleh banget, Kay.”
“Siap, Kak. Terima kasih sekali lagi.”
“Iya, hati-hati, Kay. Selamat berlibur. Aku duluan, ya.”
“Iya, Kak.”
Bara pun segera masuk ke mobilnya. Sedangkan Kayla masih galau akan menghubungi kakaknya atau memilih naik taksi saja.
“Kalau mau naik taksi, sayang uangnya. Kalau telepon Kak Rossa pasti ngegas aja tuh suaranya. Hmmm, gimana ini Tuhan?”
“Ah, telepon aja lah. Berikan kekuatan telingaku mendengar nada tingginya itu Tuhan,” harap Kayla.
Kayla pun menelepon kakaknya. Tidak menunggu lama, kakaknya segera mengangkat teleponnya itu.
“Halo, Kay. Ada apa? Tumben!”
“Kak, lagi sibuk nggak?”
“Enggak juga. Kenapa?”
"Jangan marah, please!"
"Kenapa dulu?"
“Jemput, dong!”
“Jemput?”
“Iya, jemput. Aku di Pelabuhan Gilimanuk sekarang. Sendirian.”
“HAH!! Kok bisa? Gila lo! Mau ngapain ke sini? Udah bilang mama belum?”
“Ya, udahlah.”
“Mau ngapain?”
“Ya, kangen aja. Lagian kan lagi libur, pengen main, dong.”
“Kok nggak sama mama, sih!”
“Ya, kan mama masih ngurusin bisnis. Nggak ada waktu. Udah buruan, deh. Jemput!”
“Bego banget emang lo ini. Batu banget sih jadi orang.”
“Bawel, ah. Cepetan!”