Jika ada tempat terbaik untuk sebuah pelarian, Bali adalah salah satunya. Terakhir kali Kayla ke sini bersama Mamanya 3 tahun lalu. Ini pertama kalinya bagi Kayla pergi ke suatu tempat yang jauh tanpa orang tuanya.
“Kay, udah siap?”
“Iya, bentar lagi, Kak.”
Tak lama kemudian Kayla segera keluar dari kamarnya.
“Yuk, Kak!”
Mereka segera masuk ke mobil untuk berangkat.
“Mau ke mana hari ini?” tanya Rossa.
“Danau batur sama Tanah Lot, ya. Jadi, kita ke Tanah Lot sore-sore gitu. Sambil lihat sunset.”
“Okey,” jawab Rossa.
Rossa segera mengemudikan mobilnya. Sembari menyusuri jalan, mereka mendengarkan lagu-lagu Payung Teduh yang tentu saja meneduhkan. Kayla mengamati kanan-kiri jalan. Suasana hari itu juga cerah, indah sekali dipandang mata.
Di jalan, keduanya saling bercerita tentang kehidupan barunya masing-masing. Sudah lama mereka tidak saling bercerita secara intim karena jarak yang begitu jauh memisahkan mereka.
“Kak, enak nggak kerja di RSJ?”
“Ada enaknya, ada enggaknya. Tapi, ya dibikin semuanya enak aja, Kay.”
“Nggak enaknya emang apa?”
“Kalau pasien udah kambuh. Apalagi kalau sakitnya yang udah parah gitu. Tapi, yang paling kasian itu ya para perawat sih, Kay. Kan mereka yang jauh lebih sering ketemu dan kontak langsung sama mereka-mereka daripada kakak.”
“Kalau enaknya?”
“Enaknya kalau bisa lihat tawa mereka, bisa bantu mereka, jadi teman baik mereka. Banyak, deh. Bahkan kalau kamu tahu, di sana itu orang-orangnya nggak sembarangan loh, Kay. Banyak juga pengusaha, dosen, profesor, penulis, dan pekerjaan hebat lainnya. Jadi, kakak juga bisa belajar dari mereka. Saling bantu dan belajar.”
“Wah, gitu ya, Kak? Berarti perspektif orang di luar sana tentang mereka-mereka itu banyak yang salah, ya? Mereka terlalu merendahkan orang-orang yang masuk ke RSJ.”
“Iya, Kay. Pandangan banyak orang tentang RSJ itu salah. Mereka menganggap masuk RSJ itu sebagai sesuatu yang rendah, aib. Padahal RSJ itu kan Rumah Sakit Jiwa, rumah bagi mereka yang merasa sakit dengan kejiwaannya. Dan pasti bisa disembuhkan kok. Ya, sama halnya kayak rumah sakit biasa. Kan sakit itu tak hanya tentang fisik, mental juga bisa sakit.
Kalau ODGJ ini disatukan dengan masyarakat sosial, ya efeknya biasanya kena pasung. Karena masyarakat masih banyak yang nggak tahu bagaimana mengatasi mereka-mereka yang sedang sakit mentalnya ini. Makanya perlu RSJ untuk mereka bernaung. Biar nggak salah penanganannya, Kay,” sambung Rossa.
“Hmm, iya, Kak. Suka sedih kalau lihat banyak orang-orang seperti itu yang harus dipasung oleh keluarganya sendiri. Atau mungkin malah dibawa ke dukun.”
“Makanya Kay, Mama selalu ngingetin kita kalau ada sesuatu jangan dipendam lama-lama. Takutnya luka batin itu timbul, dan jiwa kita cidera. Pasien-pasien kakak banyak banget lo karena terlalu banyak yang ia pendam, jadi numpuk deh itu rasa sakitnya.”