Sinar matahari nampak menyilaukan wajah Kayla. Ternyata kakaknya sedang membuka gorden kamar kala itu, sehingga cahaya bisa masuk dengan bebas.
“Hoam, udah pagi aja, Kak.”
“Udah siang nih bocah.”
Kayla segera melihat jam dinding yang saat itu menunjukkan pukul 11:00.
"HAH!!”
“Hmmm, kakak dapat telepon dari rumah sakit ada pasien mendadak yang nggak bisa ditinggal. Kita jalan-jalannya entar sore aja, ya. Kalau kakak udah pulang.”
“Eh, tunggu-tunggu aku mau ikut kakak.”
Kayla pun segera beranjak dari tempat tidurnya dan segera mandi.
“Cepat, Kay! Kakak nggak punya banyak waktu.”
“Iya, bawel. 15 menit. Bentar-bentar.”
Rossa menunggu di sofa depan, sedangkan Kayla sibuk memilih pakaian. Akhirnya, untuk mempercepat waktu ia hanya memakai jeans dan kaos hitam lengan panjang. Rambutnya pun langsung diikat satu begitu saja.
“Udah, ayo berangkat!”
Rossa segera mengunci rumah dan masuk ke dalam mobil. Biasanya Rossa menempuh perjalanannya selama 30 menit, kali ini hanya 20 menit saja.
Saat menyusuri lorong-lorong rumah sakit, Kayla melihat kanan-kiri ada pasien-pasien yang sedang asyik mengobrol dengan para perawat dan beberapa sedang menjalani terapi. Ada yang menulis, melukis, dan masih banyak lagi. Rasanya setiap sudut rumah sakit ini tak semenyeramkan perspektif di luar sana. Hingga ada salah satu gadis kecil yang begitu menarik perhatiannya sedang duduk dengan salah satu perawat di sana.
“Kak, aku ke sana, ya.” Kayla menunjuk pada taman tempat gadis itu berada.
“Oke. Kakak masuk ke dalam dulu.”
Kayla pun menghampiri gadis itu. Dari belakang, rambutnya sama seperti Kayla yang diikat satu. Hanya saja rambutnya sedikit bergelombang, tak selurus Kayla.