Catatan 20 Tahun

Chin Pradigta
Chapter #10

Kedai Kopi

Sudah hampir dua bulan lamanya berada di Jogja. Kayla sudah mulai sibuk dengan kuliah dan begitu pun dengan Sara. Mereka tidak berada pada satu universitas yang sama. Sehingga sampai detik itu pun mereka belum bertemu satu sama lain.

Entah kenapa rasanya hari itu Kayla ingin pergi ke kota. Malam itu, Sara seperti biasa pergi sendiri ke sebuah kedai kopi milik kekasihnya untuk sekadar menikmati udara malam dengan secangkir kopi hangat. Kebetulan Kayla pun pergi ke tempat yang sama.

Saat Kayla menunggu pesanannya, Kayla mengamati sekitar yang penuh dengan pengunjung. Ada salah seorang yang tak asing dari pandangannya. Kayla mengingat-ingat dengan keras. Kemudian, Kayla mencoba mendekat untuk memastikan.

“Sara?”

Sara mengangkat kepalanya melihat orang yang memanggil namanya.

“Maaf, siapa, ya?”

“Kamu nggak ingat? Aku yang pernah menabrakmu di Tanah Lot waktu itu.”

Sara terdiam sejenak mencoba mengingat.

“Oh, Kayla, ya?”

“Iya.”

“Oh, hai apa kabar? Duduk-duduk.”

“Baik. Kamu sendiri?”

“Baik juga. Sendiri saja, Kay?”

“Iya, nggak tahu tiba-tiba pengen jalan-jalan. Terus mampir ke sini, deh.”

“Oh, begitu. Tinggal di Jogja?”

“Iya, kalau kamu?”

“Aku hanya merantau. Aku asli Surabaya.”

“Oh, anak Jawa Timur toh. Kirain anak Jogja juga. Biasanya anak jatim tuh lebih bar-bar loh. Soalnya teman aku kayak gitu. Eh, ada juga yang kalem kayak gini ternyata.”

“Hahaha. Enggak juga kok.”

Di tengah perbincangan, kopi Kayla datang untuk siap disajikan di mejanya.

“Terima kasih, Mas.”

“Aku lihat kamu tadi baca buku. Tentang apa kalau boleh tahu?” tanya Kayla tiba-tiba.

“Ah, bukan apa-apa kok. Hanya buku biasa,” jawab Sara.

“Kamu suka baca buku, ya?”

“Suka menulis juga. Kalau kamu?”

“Wah, sama dong. Aku juga suka menulis. Tapi hanya mempublish novel-novel gitu, sih.”

“Keren dong. Kalau aku hanya menuliskannya dalam buku catatan ini.”

Sara mengeluarkan bukunya yang ia beri tulisan besar “Catatan 20 Tahun”.

“Catatan 20 Tahun?”

Lihat selengkapnya