CATATAN GELAP

Agung Wahyu Prayitno
Chapter #1

Reformasi

1998, Presiden Soeharto lengser. Atau tepatnya mengundurkan diri sebagai presiden Indonesia. Namun demo besar-besaran dari mahasiswa se-Indonesia yang menyita mataku di televisi mengjelaskan bahwa beliau dipaksa berhenti jadi presiden. B.j. Habibie sebagai wakil Presiden kemudian disumpah untuk menjabat sebagai Presiden pengganti Presiden Soeharto untuk memimpin Indonesia.

Kakekku Maskur, tampak tersenyum lebar dan wajahnya melukiskan kegembiraan yang belum pernah aku lihat sebelumnya. Ia melirik menepuk pundakku yang kala itu masih berumur kelas dua SMP.

"Kita akan berubah," kata kakek sambil kemudian tersenyum pada nenek.

Aku masih tidak mengerti, bagaimana perubahan yang akan terjadi itu. Aku rasa mungkin bengkel kakekku akan lebih ramai dari biasanya. Dan nanti tidak akan ada lagi orang yang datang ke rumah sambil marah-marah menagih hutang. Ya, mungkin itu akan terjadi. Aku tersenyum ikut gembira.

Beberapa teman kakekku datang dengan mobil yang lumayan mewah di tahun itu. Mereka adalah teman-teman kakek di Partai Demokrasi Perjuangan (PDI). Mereka keluar dari mobil sambil sumringah, lalu menghampiri kakekku yang sedang merapihkan peralatan las karbit di bengkel kami yang sejak dari pagi sepi.

Mereka mengucapkan salam dan bersalaman dengan kakek. Kakek mempersilahkan mereka duduk di tempat yang seadanya diteras bengkel kami. Mereka juga menyapaku dan nenek, juga kedua pamanku yang sedang ngobrol nganggur di depan gudang bengkel kami. Mereka sangat ramah. Nenek kemudian membuatkan kopi untuk mereka setelah sebelumnya menyuruhku untuk menghutang kopi ke warung di sebelah bengkel.

Sedikit-sedikit sambil menggambar aku mendengar percakapan mereka tentang kebebasan bersuara, berpendapat, dan berkumpul. Tapi disela itu ada juga obrolan tentang Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Juga tentang Golkar. Banyak istilah yang rumit dalam obrolan mereka. Tapi waktu itu mereka memberi kesan yang baik, gagah, hebat, dan jujur tentang PDI pada ku. Yang membuat aku berfikir bahwa PDI satu-satunya partai yang bisa membuat perubahan yang lebih baik.

***

Malam harinya, di rumah kami. Sekira dua ratus lima puluh meter di belakang bengkel kami. Orang-orang berkumpul. Tepatnya mereka adalah anggota PDI. Mereka kebanyakan berasal dari desa tempat kami tinggal. Desa. Timbang. Kec. Cilimus. Tapi tidak sedikit juga orang-orang dari tetangga desa kami yang sengaja ikut berkumpul di rumah kami. Rumah pak Maskur, Sekertaris Jendral PDI Kabupaten Kuningan.

Orang-orang terlihat akrab, sibuk, dan penuh semangat. Entah apa yang memotivasi mereka. Tapi katanya dari sela obrolan mereka di antara beberapa orang yang sangat menikmati anggur merah di malam yang semakin larut, banyak kalimat yang terlontar berbunyi kebebasan, demokratis, perubahan untuk menjadi lebih baik. Sepertinya motivasinya adalah itu.

Lihat selengkapnya