Sekitar tahun 1928, kembali. Ia dan beberapa teman yang penuh keresahan. Teman-temannya lantas duduk dan berbincang-bincang dengannya. Di dalam suara mereka terdapat kekuatan. Mereka mengembang fokus yang mapan. Dalam pandangan mata mereka terdapat sinaran, pada wajah mereka terdapat cahaya iman dan azam. Mereka berkata, “Kami semua telah mendengar dan memperhatikan, telah mendapat pengaruh dan sentuhan, namun kami tidak tahu metode praktis apa yang membawa kemuliaan (izzah) Islam dan kaum muslimin. Kami telah bosan dengan kehidupan ini, kehidupan hina dan terbelenggu. Engkau dapat melihat sendiri bahwa bangsa Arab dan kaum muslimin di negeri ini tidak memiliki sedikit pun kedudukan atau kemuliaan. Mereka tak lebih dari sekedar para buruh yang patuh kepada orang-orang asing itu. Kami tidak mempunyai apa-apa kecuali ruh yang berjalan dengan membawa sinar iman dan kemuliaan bersama dengan jiwa-jiwa kami, dan sedikit dirham yang berasal dari kebutuhan pokok anak-anak kami. Kami tidak dapat mengetahui jalan menuju pengalaman seperti engkau ketahui. Kami juga tidak mengenal jalan untuk berkhidmat kepada negeri, agama, dan umat seperti yang engkau ketahui. Pokoknya, yang kami inginkan sekarang adalah agar kami dapat mendermakan apa yang kami miliki, supaya kami dapat lepas dari tanggung jawab di hadapan Allah SWT kelak. Kami mohon, kiranya engkaulah yang menjadi penanggung jawab dihadapan-Nya tentang kami dan tentang apa yang wajib kami lakukan. Kami juga berharap ada suatu jamaah yang secara murni berjanji kepada Allah untuk hidup demi agama-Nya, mati di jalan-Nya, dan hanya mencari keridhaan-Nya semata, serta layak memperoleh kemenangan, sekalipun sedikit jumlahnya dan lemah persiapannya."
Perkataan yang tulus itu, baginya menyentuh jiwanya. Ia tidak dapat menghindarkan diri dari memikul sesuatu yang mesti ia pikul. Yaitu apa yang harus ia serukan, apa yang harus ia kerjakan, dan apa yang harus ia upayakan untuk menyatukan umat manusia. Ia kemudian katakan kepada mereka, “Semoga Allah membalas kalian dan memberkati niat yang baik ini, serta memberikan petunjuk kepada kita untuk beramal shalih. Semoga Allah ridha dan memberikan kemanfaatan kepada umat manusia. Kewajiban kita adalah beramal, sedangkan keberhasilan itu ada di tangan Allah. Marilah kita berbaiat kepada Allah untuk menjadi 'tentara' bagi dakwah Islam. Disitulah letak kehidupan negeri dan kemuliaan umat." Selanjutnya terjadilah bai‟at. Sudah menjadi sumpah setia kami bahwa kami akan hidup bersaudara, beramal untuk Islam dan berjihad di jalannya.
Setelah itu, beberapa waktu kemudian di belahan yang lain. Disini, di belahan disini 1945, dengan jiwa yang sama ia didirikan untuk mempersatukan umat Islam disini karena didukung oleh organisasi-organisasi Islam besar saat itu. Ia identik dengan gerakan politik Islam yang memperjuangkan nilai-nilai Islam dalam konteks kenegaraan. Ia punya jiwa yang sama dengan yang hadir pada belahan lain; Pakistan dan Mesir. Sejak tahun-tahun pertama didirikan, ia telah dianggap sebagai partai politik besar di Indonesia. Meskipun ia bukan satu-satunya partai yang dominan dalam politik Indonesia di masa itu. Ia terlibat dalam elite pemerintahan, antara lain dengan bersama-sama membentuk pemerintahan atau berkoalisi dengan partai-partai lain. Sehingga ia turut memainkan peranan dalam menentukan dasar politik Indonesia hingga tahun 1960.