Catatan Identitas

M. Sadli Umasangaji
Chapter #3

Serpihan Kemanusiaan

Menjelang waktu kini

"Assalamualaikum, melihat tragedi kemanusiaan yang terjadi pada Muslim Rohingya, akan diadakan rapat untuk rencana melakukan galang dana. Diharapkan kehadirannya pada pukul 16.15 WIT di sekretariat. Jazakumullah," begitulah sms yang masuk di handphone Said. Sms itu dikirim dari Ketua salah satu organisasi kepemudaan Muslim, Imran, namanya.

Said, pria pendiam dengan penampilan sederhana, senang menggunakan kaos berkerah dan berwarna gelap serta lebih senang menggunakan celana kain, dan kadang lebih sering dilipat di atas mata kakinya. Said juga turut aktif di salah satu organisasi kepemudaan Muslim itu, sebagai Pengurus Daerah.

Di terik siang dengan dijalaninya puasa Ramadhan, di sepuluh terakhir Ramadhan. Sekitar pukul 16.15 WIT teman-teman organisasi kepemudaan Muslim ini melakukan rapat untuk rencana Aksi Rohingya. Yang hadir diantaranya, Imran selaku Ketua, Said selaku sekretaris, Yusuf, Dawam, Mirgah, dan Usamah, serta akhwatnya Hasnah, Fatimah dan Zulaeha.

Rapat dimulai dengan sama-sama melafadzkan basmallah. Dilanjutkan dengan tilawah salah satu ikhwan, akh Yusuf. Selanjutnya pengantar dari Imran terkait rencana aksi. Ia menjelaskan tentang rencana aksi dilakukan pada malam takbiran, dan kita akan bagi pada beberapa tempat yang menurut kita ramai pada malam itu. Kita akan galang dana semampu kita untuk saudara-saudara kita di Rohingya. Silahkan nanti teman-teman tawarkan saran-saran yang diperlukan saat aksi dan tempat-tempat saat aksi galang dana nanti. Dan pendapat antum-antumna mengenai aksi ini.

“Assalamualaikum, ikhwahfillah sekalian, ana bangga bisa berkumpul dalam rasa persaudaraan yang begini kokoh rasanya, ana bangga karena persaudaraan kita pula, kita tergerak untuk menolong gerakan kemanusiaan lain nun jauh di sana, yang beda bangsa dengan kita, tapi satu akidah dengan kita. Saran ana kita harus setuju dengan aksi ini, bahkan kita harus tetap semangat menjalani aksi ini di waktu-waktu malam takbiran nanti," kata Hasnah memberi saran pada rapat ini.

“Afwan bukan ana tidak bersedia, tapi pada kondisi malam takbiran, bisa dipastikan akan sangat ramai, banyak kendaraan, dan banyak orang pula. Dan pada malam-malam itu adalah malam untuk berkumpul dengan keluarga. Sekiranya waktu dan rencana aksi pada malam takbiran itu bisa ditunda di waktu lain," kata Dawam memberi saran lain tanda mencari waktu lain untuk aksi.

“Ikhwahfillah, ini momentum yang baik, memang yang kita cari adalah banyak orang. Agar galang dana ini bisa kita maksimalkan. Dan momentum malam takbiran adalah momentum yang tepat. Menarik empati orang, dimana kita sedang bahagia merayakan hari kemenangan sementara saudara-saudara kita yang lain sedang menjalani hari kemenangan dengan nestapa. Yang penting isu aksi kita adalah aksi damai, aksi untuk galang dana. Masalah pertemuan dengan keluarga, bisa kita beri pengecualian kali ini saja. Persaudaraan kita bisa menggantikannya,” saran Yusuf memberi tanda setuju rencana aksi dijalankan.

“Oke, kita setuju untuk lanjutkan aksi. Di satu sisi komunikasi dengan semua kader harus dimaksimalkan, mengingat banyak kader yang pulang kampung halaman, semua kader yang masih di sini harus mendapatkan informasi aksi. Talimat harus berjalan. Koordinasi ke setiap ketua-ketua komisariat," kata Imran menetapkan rencana aksi tetap berjalan.

“Selanjutnya kita perlu setujui rencana-rencana dalam aksi kita”, lanjut Imran. “Ada saran lain? Sekaligus mempersiapkan perangkat-perangkat aksi kita."

“Ana sarankan selain aksi galang dana kita bisa juga melakukan pemutaran film," saran Yusuf. Ini juga dapat menarik orang-orang untuk lebih melihat informasi tentang Rohingya.

“Ana setuju, dan ana bersedia mengunduh video-video yang akan diputar nanti," sambung Usamah yang setuju dengan Yusuf.

“Mengenai tempat aksi bagaimana?” tanya Imran

“Ana saran tempat aksi kita bagi tiga tempat Masjid al-Munawwar sebagai pusat, depan Mall Jati Land, dan Depan Kantor Pos”, kata Said.

“Oke, ada saran lain?” tanya Imran lagi pada peserta rapat

“Bagaimana kalau kita fokus di Masjid Al-Munawwar saja, mengingat malam itu akan cukup ramai dan kondisi kader yang sebagian pulang kampung. Kita maksimalkan semua di sekitar al-Munawwar saja," kata Hasnah.

“Oke dengan segala kemungkinan kita fokus ketiga tempat itu, Al-Munawwar, Jati Land, dan Depan Kantor Pos. Tapi bila tidak memungkinkan kita fokus di Al-Munawwar saja," tandas Imran mengambil keputusan dengan jalan tengah.

“Dawam dan Usamah antum berdua nanti beserta beberapa teman komisariat nanti sedikan kardus sebagai tempat kumpul dana ya," lanjut Imran.

“Akh Yusuf, antum nanti cari sound untuk aksi kita”

“Said antum maksimalkan talimat ke kader-kader, terutama para ikhwan. Antum juga dengan akh Mirgah koordinasikan tempat-tempat untuk aksi nanti. Sekalian buat surat untuk pemberitahuan aksi kepada Polda”

“Fatimah, anti bantu koordinir teman-teman akhwat”

“Kita cukupkan rapat kita hari ini. Semoga rencana aksi kita dimudahkan Allah dan diridhoi Allah. Kita tutup dengan hamdallah, dan doa kafaratul majelis".

 

#

Rohingnya adalah komunitas yang mayoritasnya Muslim, dan tinggal di negara bagian Rakhine. Jumlah mereka sekitar sejuta, tapi mereka bukan kelompok masyarakat terbesar di Rakhine. Sebagian besar warga Rakhine beragama Buddha. Komunitas warga Rakhine merasa didiskriminasi secara budaya, juga tereksploitasi secara ekonomi dan disingkirkan secara politis oleh pemerintah pusat, yang didominasi etnis Burma. Dalam konteks spesial ini, Rohingya dianggap warga Rakhine sebagai saingan tambahan dan ancaman bagi identitas mereka sendiri. Inilah penyebab utama ketegangan di negara bagian itu, dan telah mengakibatkan sejumlah konflik senjata antar kedua kelompok.

Selain itu, kelompok Rakhine merasa dikhianati secara politis, karena warga Rohingya tidak memberikan suara bagi partai politik mereka. Ini menyebabkan tambah runcing ketegangan. Sementara itu, pemerintah tidak mendorong rekonsiliasi, melainkan mendukung fundamentalis Buddha dengan tujuan menjaga kepentingannya di kawasan yang kaya sumber alam tersebut. Faktor-faktor ini adalah penyebab utama di balik konflik antar kelompok etnis dan antar agama. Ini juga jadi penyebab memburuknya kondisi hidup warga Rohingya, serta pelanggaran hak-hak sosial-politik mereka.

Pendeknya, solusi domestik bagi masalah Rohingnya hanya bisa tercapai jika kelompok elit Myanmar yang memerintah, serta para pengambil keputusan, mengubah pola pikir mereka. Tapi perebutan sumber daya alam, keuntungan dari proyek-proyek pembangunan dan bangkitnya kelompok fundamentalis Buddha kemungkinan akan mencegah itu terjadi.

Hubungan antar agama di Myanmar adalah masalah yang sangat kompleks. Warga Muslim, terutama Rohingya, dikonfrontasikan dengan rasa takut mendalam terhadap Islam di masyarakat dan negara yang mayoritas warganya beragama Buddha. Warga yang fundamental mengklaim bahwa kebudayaan Buddha serta masyarakat terdesak oleh warga Muslim. Apalagi Myanmar dikelilingi negara-negara yang mayoritas warganya beragama Islam, seperti Bangladesh, Malaysia dan Indonesia. Warga Rohingnya dianggap sebagai ancaman terhadap gaya hidup dan kepercayaan Buddha, dan jadi jalan menuju islamisasi Myanmar.

Lihat selengkapnya