Catatan Satya Manggala
20 Maret 1998
Tak ada yang berarti, selain pemusnahan
Slogan – slogan panas mulai membanjiri bumi pertiwi ini
Hai Satya
Ini seperti cerita bapakmu ketika dia sedang bertugas
Beliau pernah membacakan puisi favoritnya ‘Sajak Sebatang Lisong’
Tak tahu kenapa beliau sangat menyukainya
Bapak hanya tersenyum getir ketika memberi jawaban
Hai Satya
Bulan ini telah tersepakati seorang pemimpin, kamu hanya berusaha semua menjadi lebih baik
Cita – cita yang telah kau tembus semoga tidak kandas karena ini
Sebenarnya dalam hati kau ingin menyerah, akan tetapi sosok bapakmu yang tersenyum dengan tulus selalu terbayang
Doamu di setiap sujudmu adalah ingin menjadi seperti bapak
Hai Satya
Aku ingin kau jangan menyerah
Aku ingin kau menjadi bintang untuk bapak, ibu, dan Nabila Indah
Tersenyumlah Satya
***