Panas siang ini memberikan seberkas kehangatan untuk mengucap selamat tinggal bagi dua orang anak kepada orang terkasih. Satya dan Darren akan melepas masa sekolah dan berganti akan mengabdikan diri kepada tanah air.
Ibu Satya dengan tegar memeluk putranya dengan bangga, tak lupa Darren juga. Mama dan Papa Darren akan menghantarkan menuju akademi militer tempat keduanya melangsungkan pendidikan. Satya meminta untuk ibu ikut tetapi beliau tidak mau.
Aulia yang juga menghantarkan terlihat menahan air mata dan disampingnya adiknya dengan tegar memberikan senyuman tulus kepada sang kakak. Hari ini rumah ini berkurang satu lagi orang.
"Ibu, Nabila, Aulia aku pamit ya," ucap Satya kemudian Salim kepada ibu.
Darren juga melakukan hal yang sama.
Awal perjalanan mimpi Satya akhirnya terwujud, kemarin dia juga mengunjungi makam bapak untuk mendoakan, karena dia tidak akan datang dalam waktu lama.
Selamat tinggal tanah kelahiran dan selamat datang tanah perantauan.
Sampai di sana mereka disambut oleh teman seperjuangan yang akan menemani hari-hari mereka. Satya dan Darren berkenalan dengan beberapa teman. Mereka cukup beruntung, ada yang harus beberapa hari untuk datang ke sini.
***
Aulia menemani ibu Satya hari ini, dari pagi beliau tidak enak badan. Sedangkan Nabila sudah mulai berangkat sekolah.
Bulan depan dirinya akan mulai memasuki perkuliahan. Di sisa waktu itu, dia ingin menghabiskan waktu dengan orang yang dia sayangi, ibu Satya salah satunya.
Ibu bercerita Satya mengirim surat kepadanya dua hari yang lalu, beliau meminta Aulia untuk membalaskan.
20 Juli 1998
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Ibu, ini Satya.
Kabar ibu baik-baik saja? Alhamdulillah Satya baik-baik saja disini.
Ibu untuk sementara waktu Satya akan berkabar cukup lama.
Banyak hal yang harus Satya lakukan disini, semoga ibu tidak kecewa dan menunggu dengan sabar.
Bagaimana kabar Nabila, Bu? Sekarang dia kelas tiga SLTP, ibu harus memperhatikan belajarnya supaya nilainya bagus.
Ibu, Satya rindu masakan ibu disini tidak seenak masakan ibu. Tapi ibu jangan khawatir Satya bukan anak pemilih makanan, bukan?
Sebenarnya, Satya tidak tahu apakah pantas bertanya ini kepada ibu, tapi Satya ingin tahu kabar dari Aulia. Apa Aulia baik-baik saja?
Satya ingin mengirimkan surat kepadanya, tapi Satya malu.
Ibu, Satya harap ibu sehat selalu dan bisa melihat Satya memakai seragam seperti bapak.
Salam rindu
Satya Manggala
Aulia berkaca-kaca membaca surat itu. Satya yang dia rindukan begitu mempedulikan dirinya, dia tidak pernah tahu sosok Satya seperti ini. Satya yang selalu dingin dan membahas hal-hal diluar hubungan mereka. Ketika dia bilang akan mengenalkan dirinya ke ibunya tentu ini bukan hal yang Aulia harap dari Satya, tapi ternyata dirinya sangat berharga.
Aulia mulai menuliskan surat itu kepada Satya, ibu meminta jangan memberi tahu bahwa beliau sakit. Sebelum mengirim dia meminta ibu untuk membaca terlebih dahulu.
Aulia berpamitan kepada ibu setelah waktu menunjukkan pukul satu siang, dia akan mengirimkan surat juga.
"Aulia, jangan sering-sering kesini. Ibu sudah sehat kok. Temani Mamamu juga di rumah," pesan ibu sebelum pulang.
"Tidak Ibu, Aulia senang bersama Ibu. Aulia takut kedepannya tidak bisa sering-sering ke sini," jawab Aulia dengan tulus. Ibu hanya tersenyum dan memeluk Aulia yang sudah seperti putrinya.
"Jaga Satya dan Nabila, Aulia. Ibu sangat sayang kepada mereka, jangan tinggalkan mereka."