2 tahun kemudian.
Aulia duduk di pojokan kursi keluarga sambil ragu – ragu untuk menelepon seseorang. Dengan bibir bertautan dia mulai mengetik nomor tujuan yang sudah dia hafal, belum selesai mengetik suara dering telepon di genggamannya mengejutkan dirinya. Dia langsung mengangkatnya tanpa ragu.
“Halo,” sapa suara dari seberang sana dengan nada berat.
“Hai Satya,” sapa Aulia kepada orang yang dia telepon, Satya.
“Kabarmu baik – baik saja Aulia?”
“Aku baik – baik saja Satya. Kamu?”
Obrolan itu berlangsung cukup lama, hari ini Satya diberi waktu untuk istirahat dan mengabari keluarga. Dia sudah menelepon adiknya yang sekarang mulai betah tinggal di rumah Darren. Papa dan mama Darren juga senang karena seperti memiliki anak perempuan yang selalu diinginkan papa Darren.
“Satya, a..ku aku ingin kita putus,” ucapan Aulia di akhir mereka berbicara.
Satya yang mendengar seperti tersambar petir di siang hari. Padahal tadi mereka sedang membicarakan kehidupan masing – masing selama Aulia kuliah dan Satya di akademi. Tidak ada permasalahan yang serius diantara mereka.
“Tapi, tapi kenapa Aulia? Aku tidak mau.”
“Maaf Satya, aku tidak bisa menjalin hubungan jarak jauh.”
Aulia menjawab kemudian langsung menutup teleponnya. Ini keputusan bagus Aulia jangan menyesal, ucap Aulia dalam hati berulang-ulang. Tak terasa air mata menetes di pelupuk matanya. Tadi malam dia sudah bertekad untuk mengakhiri hubungan ini. Tidak ada yang berarti bagi Aulia untuk hubungan yang tidak berkembang. Masalahnya, kakaknya yang terus mengungkit mengenai Satya kepadanya.
Dua hari lalu, Angga kakak pertamanya menelepon Aulia memintanya untuk putus dengan Satya. Mama dan papa Aulia juga ikut meminta hal tersebut, sedangkan kakak keduanya, Aisyah hanya menasehati untuk berpikir masa depan. Di rumah ini tidak ada yang mau dia bersama dengan Satya. Berbagai hal sudah Aulia beri tahu, tapi Angga tetap khawatir jika terjadi hal yang tidak diinginkan terjadi.
Akhirnya Aulia menuruti hal tersebut. Keputusan yang tidak pernah Aulia inginkan mulai terjadi hari ini. Satya yang sudah membersamainya selama ini akan pergi selama-lamanya bersama dengan hidupnya yang tidak akan sama lagi. Maafkan aku Satya.
***
Di kamar Satya hanya termenung dengan ucapan Aulia yang mengejutkan. Tidak ada yang bisa dia pikirkan untuk saat ini, hanya Aulia semata yang ada. Kenapa dia seperti itu? Padahal dia tidak pernah mempersalahkan hubungan mereka yang berjauhan. Apakah ada orang yang dia sukai? Pikiran – pikiran yang meracau mulai terbawa sampai terlelap di malam hari.
Di siang hari dia menceritakan hal tersebut kepada Darren.
“Bagaimana mungkin Aulia bisa seperti itu? Dia bukan orang yang seperti itu menurutku. Pasti ada masalah lain yang menimpanya sehingga memutuskanmu,” mencoba menghibur Darren.
“Apa dia punya seseorang yang disukai?”
“Tidak mungkin. Kamu adalah cinta pertama dan terakhirnya.”
Darren terus menyalahkan Aulia yang dengan tega menyakiti sahabatnya itu. Bahkan jika nanti bertemu ingin dia maki – maki karena memutuskan sahabatnya yang tidak bersalah ini.