Hari ini akhirnya sampai juga. Satya yang semula gugup mulai mengatur napas berkali-kali, Darren di sampingnya memberikan semangat. Hari ini dia akan menjadi suami perempuan yang dia cintai.
Dua bulan yang lalu
"Ayolah Sat, kamu tuh lama. Kita sampai menjamur disini," keluh Darren yang melihat Satya yang masih mondar-mandir.
"Bentar, aku masih gugup nih. Ini lebih menakutkan daripada susur gunung malam-malam," ujar Satya mencoba menenangkan diri.
Papa Darren yang melihat keduanya hanya tertawa.
Nabila yang sudah tidak sabar sudah jengkel dan ingin masuk karena panas.
"Kak ayo!" Seru Nabila yang sudah berada di teras rumah yang akan mereka tuju.
Setelah menguatkan tekad, dia berjalan dan memasuki rumah.
"Maksud dan tujuan kami disini untuk bersilaturahmi dan yang kedua ingin melamar putri Bapak untuk Satya, yang sudah saya anggap sebagai anak."
Perempuan yang merupakan putri dari pemilik rumah terlihat tersipu malu. Acara lamaran berjalan dengan lancar, mereka menetapkan untuk menikah dua bulan kemudian.
Hari ini adalah hari spesial tersebut. Dua orang yang sedang berbahagia sedang tertawa menikmati suasana bahagia mereka.
"Selamat ya Satya dan Aulia. Meskipun awalnya aku tidak menerima, tapi aku tetap menerima dengan ikhlas," ucap Darren dengan nada dibuat melankolis.
"Apaan sih lu Ren," balas Satya menepuk tangan Darren.
"Terima kasih ya Darren. Sekarang tugas aku untuk menjaga Satya," Aulia menggandeng tangan Satya dengan erat. Darren hanya membuang muka, tidak ingin matanya melihat hal-hal yang menodai mata.
"Iya, Iya Nyonya Satya. Saya akan jauh-jauh dari suami Anda," ujar Darren mengejek kemudian pergi meninggalkan mereka berdua.
Satya dan Aulia hanya tertawa melihatnya.
***
Catatan Satya Manggala
17 Mei 2004
Hari ini akan menjadi hari bersejarah untukmu
Ya pernikahanmu